|
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Strategi Pembelajaran
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat
diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to
achieves a particular educational goal (J.R.David,1976). Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses
berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang dipelajari,
termasuk proses memori dan metakognitif. Michael Pressley (1991) dalam (Nur,
2000b: 7) dalam (Triyanto 2008 ),
menyatakan bahwa strategi-strategi belajar adalah operator-operator kognitif
meliputi dan terdiri atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam
menyelesaikan suatu tugas (balajar). Strategi-strategi tersebut merupakan
strategi-strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar
tertentu. Untuk menyelesaikan tugas belajar siswa memerlukan keterlibatan dalam
proses-proses berpikir dan berperilaku, men-skim
atau membaca sepintas lalu judul-judul utama, meringkas dan membuat catatan,
disamping itu juga memonitor jalan berpikir sendiri.
Kemp (1995) dalam (Triyanto 2008 )menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
|
Kozma (dalam Sanjaya 2007) secara umum
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan
yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta
didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara
yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan
pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi
pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
Cropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan bahwa strategi
pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. la menegaskan bahwa
setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam
kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Sedangkan Sulistyono (2003), mendefinisikan strategi belajar
sebagai tindakan khusus yang dilakukan leh seseorang untuk mempermudah,
mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih
efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi baru.
Nama lain strategi-strategi belajar adalah strategi-strategi
kognitif, yaitu suatu strategi belajar yang mengacu pada perilaku dan
proses-proses berfikir siswa yang digunakan pada saat menyelesaikan tugas-tugas
belajar (Nur, 2000:7) dalam (Triyanto 2008). Dengan kata lain bahwa
strategi-strategi tersebut ebih dekat pada hasil belajar kognitif daripada
tujuan-tujuan belajar perilaku.
Norman dalam Nur (2000b:6) dalam (Triyanto 2008) juga memberikan
argumen yang kuat tentang pentingnya pengajaran strategi. Pengajaran strategi
belajar berlandaskan pada dalil, bahwa keberhasilan belajar siswa sebagian
besar bergantung pada kemahiran untuk belajar secara mandiri dan memonitor
belajar mereka sendiri. Ini menjadikan strategi-strategi belajar mutlak
diajarkan kepada siswa secara tersendiri, mulai dari kelas-kelas rendah sekolah
dasar dan terus berlanjut sampai sekolah menengah dan pendidikan tinggi.
Sedangkan strategi menurut Slameto (1991) adalah suatu rencana
tentamg pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengajaran.
Rusyan (1992) berpendapat bahwa strategi secara umum dapat
didefinisikan sebagai garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan.
Hal senada juga dikemukakan oleh Djamrah (2002), bahwa secara umum
strategi mempunyai pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Berkaitan dengan pembelajaran,
strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dengan anak didik
dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan.
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar.
Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswamempelajari sesuatu secara efektif
dan efisien (Muhaimin, 1996).
Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur
atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka
membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka
strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan
belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Dari beberapa pengertian di atas kami menyimpulkan
bahwa pengertian strategi pembelajaran merupakan kegiatan penggunaan teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai
dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ke tahap evaluasi, serta program
tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang talah ditetapkan.
2.1.1 Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi
isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk
membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang
berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi mikro mengacu kepada metode
untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau
prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk
mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau
prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan,
membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan.
Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada
penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan
urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep
yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip.
Pembuatan rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan
tinjauan ulang konsep serta kaitan yang sudah diajarkan.
2.1.2 Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi
penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variabel metode untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran
adalah:(1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk
kerja.
2.1.3 Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi
pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan
dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode
pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan
selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting
variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan
belajar siswa, dan motivasi.
2.2 Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran
Beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode,
pendekatan, teknik atau taktik dalam pembelajaran.
1. Metode
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan
metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan
demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
2. Pendekatan (Approach)
Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran
yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy
Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan
yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran
induktif.
3. Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar
metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang
melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya,
berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak
tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah
siswa yang terbatas.
4. Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau
metode tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti
mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan
ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah
dipahami.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi
pembelajaran sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan
berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru
dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan
teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang
satu dengan yang lain.
2.3 Tujuan Strategi Belajar
Mengajar pada dasarnya, meliputi mengajari siswa bagaimana
belajar, berpikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri (Weistein dan Meyer
dalam Nur 2000).
Pengajaran strategi
belajar berdasarkan pada dalil bahwa keberhasilan siswa sebagian besar
bergantung pada kemahiiran untuk belajar mandiri dan memonitor belajar mereka
sendiri. Hal inilah yang menjadikan strategi belajar mutlak diajarkan kepada
siswa tersendiri mulai dari kelas enam SD dan terus berlanjut sampai sekolah
menengah dan pendidikan tinggi. Hal lain yang dianggap pentingnya mengajarkan
strategi belajar adalah alur pemikiran Norman dalam Andreas (1997:234), yang
memberikan kelemahan guru dalam tugas mengajarkan siswa bagaimana belajar
sebagai tujuan pendidikan. Secara lebih detail, weistein dan Mayer dalam Nur
(2000:6) mengatakan :
Merupakan hal yang aneh
apabila kita mengharapkan siswa belajar namun jarang mengajarkan mereka tentang
belajar. Kita mengharapkan siswa untuk memecahkan masalah namun tidak
mengajarkan mereka tentang pemecahan masalah. Dan sama halnya, kita
kadang-kadang meminta siswa mengingat sejumlah besar bahan ajar namun jarang
mengajarkan mereka seni menghafal. Sekarang tibalah waktunya kita membenahi
kelemahan tersebut, tibalah waktunya kita mengembangkan ilmu terapan tentang
belajar dan pemecahan masalah dan memori. Kita perlu mengembangkan
prinsip-prinsip umum tentang bagaimana belajar, mengingat, memecahkan masalah,
dan kemudian mengemasnya dalam bentuk pelajaran yang siap diterapkan, dan
kemudian memasukkan metode-metode ini dalam kurikulum.
Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka mengembangkan dan mengajarkan strategi-strategi
belajar kepada siswa merupakan tugas seorang guru untuk membentuk siswa menjadi
pelajar dengan pengendalian diri atau mandiri (self-regulated learning). Menurut Arends (1997: 245 dalam Trianto
2009: 141) pelajar mandiri (self-regulated
learning) adalah pelajar yang dapat melakukan hal penting dan memiliki
karakteristik, antara lain:
1.
Mendiagnosis secara tepat
suatu situasi pembelajaran tertentu.
2.
Memiliki pengetahuan
strategi-strategi belajar efektif, bagaimana serta
kapan menggunakannya.
3.
Dapat memotivasi diri
sendiri tidak hanya karena nilai atau motivator
eksternal.
4.
Mampu tetap tekun dalam
tugas sehingga tugas itu terselesaikan.
5.
Belajar secara efektif dan
memiliki motivasi abadi untuk belajar.
Menurut Djamarah Sain (2002: 5 dalam Trianto 2009: 142), ada empat
strategi dasar dalam belajar mengajar yaitu: pertama, mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang
diharapkan; kedua, memilih sistem
pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat; ketiga, memilih dan
menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar paling tepat dan
efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya; dan keempat, menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria standar keberhasilan
sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil
kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk
penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
2.4 Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Jenis
strategi pembelajaran berdasarkan klasifikasinya:
a.
Strategi Pembelajaran Berdasarkan
Penekanan Komponen Dalam Program Pengajaran
Berdasarkan komponen yang mendapat tekanan dalam
program pengajaran, terdapat tiga macam strategi pembelajaran yaitu:
- Strategi
pembelajaran yang berpusat pada materi pengajar
Strategi ini merupakan strategi yang paling tua, disebut
juga pembelajaran tradisional. Pengajar berlaku sebagai sumber informasi yang
mempunyai posisi sangat dominan. Pengajar harus mengalihkan pengetahuannya
kepada pserta didik dan menyampaikan keterangan atau informasi
sebanyak-banyaknya kepada pesrta didik. Dalam aktifitas pembelajaran seperti
ini peserta didik cenderung menjadi pasif. Tehnik pembelajaran ini disebut
juga teacher centre strategies.
- Strategi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
Strategi ini disebut juga student
center strategies. Peserta didik bukan objek pendidikan karena sebagai
manusia ia adalah subyek dalam modalitas. Dalam proses pembelajaran peserta
didik berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya dibawah bimbingan
pengajar, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini pengajar hanya berperan
sebagai fasilitator dan motivator.
- Strategi
pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran
Materi pelajaran dapat dibedakan antara
materi formal dan informal. Materi formal adalahisi pelajaran yang terdapat
dalam buku-buku teks resmi di sekolah, sedangkan materi informal adalah
bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan.
Stratei ini disebut juga material center strategis.Strategi ini
berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
yang disertai arus globalisasi yang berakibat pengajar tidak lagi menjadi
sumber informasi. Sekolah tidak mungkin lagi menjadi satu-satunya sumber
informasi, karena banyak media yang dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi, seperti melalui media masa cetak dan elektronik. Yatim Riyanto
(2008:138)
b.
Strategi Pembelajaran Berdasarkan Kegiatan
Pengolahan Pesan Atau Materi
Berdasarkan kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka strategi
pembelajaran dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
- Strategi
pembelajaran ekspositoris
Strategi ini merupakan strategi berbentuk
penguraian, baik berupa bahan tertulis maupun penjelasan atau penyajian verbal.
Pengajar mengolah materi secara tuntas sebelum disampaikan di kelas. Dalam
hal ini pengajar berperan sangat dominan, sedangkan peserta didik
berperan sangat pasif atau menerima saja Yatim Riyanto (2008:139).
- Strategi
pembelajaran heuristik atau kuriorstik
Strategi ini merupakan suatu strategi
pembelajaran yang bertolak belakang dengan strategi ekspositoris., karena dalam
strategi ini peserta didik diberi kesempatan untuk berperan dominan
(aktif) dalam proses pembelajaran. Strategi ini menyiasati agar aspek-aspek
dari komponen-komponen pembentuk sistem instruksional mengarah kepada
pengaktifan peserta didik, mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan
konsep yang mereka butuhkan Yatim Riyanto (2008:139).
c.
Strategi Pembelajaran Berdasarkan Cara Pengolahan
atau Memproses Pesan Atau Materi
Strategi pembelajaran berdasarkan cara pengolahan atau memproses pesan atau
materi dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
- Strategi
pembelajaran deduksi
Dalam strategi pembelajaran deduksi pesan
diolah mulai dari hal umum menuju kepada hal yang khusus, dari hal-hal yang
abstrak kepada hal-hal yang nyata, dari konsep-konsep yang abstrak kepada
contoh-contoh yang konkret, dari sebuah premis menuju ke kesimpulan yang logis.
- Strategi
pembelajaran induksi
Strategi pembelajaran induksi adalah pengolahan
pesan yang dimulai dari hal-halbersifat individual menuju generalisasi, dan
pengalaman-pengalaman empiris yang individual menuju kepada konsep yang
bersifat umum. Yatim Riyanto (2008:139).
d.
Strategi Pembelajaran Berdasarkan Cara
Memproses
Penemuan
Berdasarkan cara memproses penemuan, strategi
pembelajaran dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
- Strategi ekspositoris
Seperti telah dikemukakan diatas, strategi pembelajaran
ini merupakan strategi berbentuk penguraian yang dapat berupa bahan tertulis
atau penjelasan (presentaasi). Penngajar mengolah secara tuntas pesan atau
materi sebelum disampaikan di kelas. Triyanto (2008:103).
- Strategi
penemuan (discovery)
Dalam bukunya, Roestiyah (2001) mengemukakan bahwa discovery (penemuan)
adalah proses mental peserta didik yang mampu mengasimilasikan sebuah konsep
atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah
mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, menduga, atau
memperkirakan, menjalaskan, menngukur, dan membuat kesimpulan. Yang tergolong
ke dalam konsep misalnya, segitiga, panas, demokrasi. Sedangkan yang dimaksud
dengan prinsip, misalnya, logam bila dipanaskan akan mengembang.
2.5 Komponen Strategi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem
instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung
satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, pembelajaran
meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, peserta didik, guru,
metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang
ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama.
Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen
tertentu saja misalnya metode, bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus
mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
1. Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2. Peserta
didik
Peserta didik merupakan komponen yang
melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata
untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi oleh
guru.
3. Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
4. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan
dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan
dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen
inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
5. Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal,
maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
6. Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
7.
Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
8. Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa
diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari masyarakat, lingkungan,
dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan
lain-lain.
9. Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan formatif.
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan formatif.
10. Situasi atau Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam
menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan
keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain sebagainya),
dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang
lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran
menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat
sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat
kliping.
11. Faktor Administrasi dan Finansial
Faktor-faktor yang tidak boleh
diabaikan dalam pemilihan strategi pembelajaran adalah segi administrasi dan
finansial, seperti jadwal pelajaran, kondisi gedung, dan ruanng belajar. Pada
intinya, sarana dan prasarana harus menjadi faktor penunjanng yang benar-benar
berfungsi selama proses pembelajaran berlangsung. Keberadaan variabel ini
merupakan sebuah keharusan. Demikian pula, berkenaan dengan masalah pendanaan
atau finansial. Kelancaran proses belajar pun sering bergantung pada faktor
ini.
Komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut akan mempengaruhi jalannya
pembelajaran, untuk itu semua komponen strategi pembelajaran merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran. Triyanto (2009:247)
2.6
Pemilihan Strategi Pembelajaran
2.6.1 Memilih Strategi
Pembelajaran
Secara teknis,
strategi pembelajaran adalah metode dan prosedur yang ditempuh oleh siswa dan
guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan intruksional berdasarkan
materi pengajaran tertentu dan dengan bantuan unsur penunjang tertentu pula
(Hamlik, 1994). Dalam ini, Twelker ( Dalam tim pengajar, 2000) menemukakan
bahwa pada dasarnya strategi pengajaran mencakup empat hal yaitu:
- Penetapan tujuan pengajaran.
- Penetapan sistem pendekatan pembelajaran.
- Pemilihan dan penetapan metode,
teknik dan prosedur pembelajaran. Termasuk penetapan alat, media, sumber
dan fasilitas pengajaran serta penetapan langkah-langkah strategi
pembelajaran (Kegiatan pembelajaran dan pengelolaan waktu).
- Penetapan kriteria keberhasilan
proses pembelajarandari dan dengan evaluasi yang digunakan.
Sehubungan dengan penetapan strategi pembelajaran, ada empat
masalah pokok yang
sangat penting yang dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan
pembelajaran agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan (Djamrah, 2002), yaitu
:
1.
Mengidentifikasi serta
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku da kepribadian
anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.
Memilih sisitem pendekatan
pembelajaran berdasarkan asprasi dan pandangan hidup masyarakat.
3.
Memilih dan menetapkan
prosedur, metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
4.
Menetapkan norma-norma dan
batas minimal keberhasilan atau kriteria srta standar keberhasilan sehingga
dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
belajar mengajar yang selanjutya akan dijadikan umpan balik untuk
menyempurnakan sisitem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Namun demikian, dalam pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran
ada beberapa hal yang perlu dijaikan sebagai pertimbangan, antara lain :
- Kesesuaian dengan tujuan
intruksional yang hendak dicapai.
- Kesesuaian dengan bahan bidang studi
yang terdiri dari aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap. dan nilai.
- Strategi pembelajaran itu
mengandung seperangkat kegiatan pembelajaran yang mungkin mencaku
penggunaan beberapa metode pengajaran yang relevan dengan tujuan dan
materi pembelajaran.
- Kesesuaian dengan kemampuan
profesional guru yang bersangkutan terutama dalam rangka pelaksanaanya di
kelas.
- Cukup waktu yang tersedia karena
erat kaitannya dengan waktu belajar dan banyaknya bahan yang harus
disampaikan.
- Kesediaan unsur penunjang, khususnya
media intruksional yang relevan dan peralatan yang memadai.
- Suasana lingkungan dalam kelas dan
lembaga pendidikan secara keseluruhan.
- Jenis-jenis kegiatan yang serasi
dengan kebutuhan dan minat siswa, karena erat kaitannya dengan tingkat
motivasi belajar untuk mencapai tujuan intruksional.
Semua faktor tersebut mendasari pemilihan dan penggunaan srategi
pembelajaran yang dinilai lebih sesuai bagi pembelajaran. Strategi
pembelajaran banyak macamnya. Guru dapat memilih satu atau beberapa strategi
sekaligus dan diterapkan secara bervariasi sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, materi, siswa, lingkungan, serta kemampuan pengajar itu sendiri untuk
melaksanakannya.
2.6.2 Kriteria Pemilihan Strategi
Pembelajaran
Kriteria
pemilihan strategi pembelajaran adalah suatu dasar acuan yang dapat digunakan
dalam memilih strategi yang tepat dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Orientasi dari
pemilihan strategi pembelajaran haruslah pada tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik
siswa serta situasi dan kondisi lingkungan dimana proses belajar tersebut akan
berlangsung. Terdapat beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan oleh guru,
tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Mager
(1977) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan
strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Berorientasi
pada tujuan pembelajaran
Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh
peserta didik, misalnya menyusun bagan analisis pemebelajaran. Hal ini berarti
metode yang paling dekat dan sesuai yang dikehendaki oleh latihan atau praktek
langsung.
2. Pilih
teknik atau metode pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan
dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja). Misalnya
setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pandai memprogram data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang
paling mungkin digunakan adalah praktikum dan analisis kasus atau pemecahan
masalah (problem solving)
3. Gunakan
media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera
peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta didik
dapat melakukan aktivitas fisik maupun psikis, misalnya menggunakan LCD
Proyektor. Dalam menjelaskan suatu bagan, lebih baik guru menggunakan LCD
Proyektor dari pada berceramah, karena penggunaan LCD Proyektor Memungkinkan
peserta didik sekaligus dapat melihat dan mendengarkan penjelasan guru.
Selain kriteria diatas, pemilihan strategi
pembelajaran dapat dilakukan dengan memperhatikan pertannyaan-pertannyaan
dibawah ini:
a. Apakah
materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama
dalam satu-satuan waktu)?
b. Apakah
materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing?
c. Apakah
pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktek
langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
d. Apakah
diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa?
Gerlach
dan Ely (1990, hal 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran
yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta
didik.
1. Efisiensi
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan
pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.Gerlach
dan Ely (1990) menyebutkan tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap
lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya
suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi
tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan
demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah
berorentasi pada tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai.
Contoh kasus: Seorang guru biologi akan mengajar
insekta (serangga). Tujuan pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis
gambar binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan delapan jenis
binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
yang paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan
diberi nama, kemudian siswa diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya
para siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu
diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain mereka
dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Strategi
ekspository tersebut memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian
tujuan yang bersifat hafalan. Untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan
strategi inquiry diberikan dengan suatu konsep, bukan hanya sekedar menghafal.
Strategi ini lebih tepat.
Strategi ini lebih tepat.
Guru
dapat menunjukkan berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide kemudian
siswa diminta membedakan manakah yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk
dan susunan tubuhnya, dan sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan
jawaban pelajari lebih jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku
di perpustakaan atau melihat kembali gambar (sketsa) yang ditunjukkan guru
kemudian mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa gambar, guru memberi
pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang akhirnya siswa dapat membedakan
mana yang termasuk serangga dan mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai
pada perolehan konsep tentang serangga. Metode terakhir ini memang membawa
siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai melalui ekspository,
tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk
mempelajari konsep atau prinsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan
menyelidiki. Kelak kemampuan ini akan sangat berguna bagi masa depannya.
2. Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh
tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa
strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang
efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir tidak
tercapai. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan
transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Jika
tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan suatu strategi
tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien. Apabila
kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai
melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi
tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan.
3. Keterlibatan
Peserta Didik
Pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan
motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada
umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan
dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, hal 108).
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, hal 108).
Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan
dengan partisipasi peserta didik, yaitu:
a. Latihan
dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang
suatu pengetahuan, sikap atau keterampiian tertentu. Agar materi tersebut dapat
terinternalisasi (relatif mantap dan termantapkan dalam diri mereka), maka
kegiatan selanjutnya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk
berlatih dan mempraktekkan pengetahuan, sikap, atau ketrampilan tersebut.
b. Umpan
Balik
Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku
tertentu sebagai hasil belajarnya, maka , guru memberikan umpan balik (feedback) terhadap hasil belajar
tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan
segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka
lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu
diperbaiki.
2.7
Langkah-langkah Mengajarkan Strategi Belajar dan Tahap
Pembelajarannya
a.
Langkah Mengajarkan Strategi Belajar
Tujuan utama
pengajaran strategi adalah mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan dan
kemampuan diri sendiri (pelajar mandiri). Ada empat hal penting menurut Arends
(dalam Nur, 2000: 9 dalam Trianto 2009: 142) yang dilakukan siswa agar dapat
belajar mandiri, yaitu:
1.
Secara cermat mendiagnosis
suatu situasi pembelajaran tertentu.
2.
Memilih suatu strategi
belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah
belajar tertentu yang dihadapi.
3.
Memonitor keefektifan strategi
tersebut.
4.
Cukup termotivasi untuk
terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai
masalah tersebut
terselesaikan.
Satu contoh dari seorang pelajar mandiri adalah seseorang yang
mengetahui kapan penting untuk meringkas atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sambil membaca suatu halaman dalam suatu buku atau mendengarkan presentasi guru
dan seseorang yang termotivasi untuk melakukan suatu langkah-langkah kerja dan
memonitor keberhasilannya.
Berdasarkan argument tersebut, maka untuk mengajarkan strategi-strategi
belajar kepada siswa terdapat beberapa hal atau langkah yang harus
diperhatikan, yaitu:
1.
Memberi tahu siswa bahwa
mereka akan diajarkan suatu strategi belajar,
agar perhatian siswa terfokus.
2.
Menunjukkan hubungan positif
penggunaan strategi belajar terhadap
prestasi belajar dan
memberitahukan perlunya kerja pikiran ekstra untuk menumbuhkan prestasi yang
tinggi.
3.
Menjelaskan dan memperagakan
strategi yang diajarkan.
4.
Menjelaskan kapan dan
mengapa suatu strategi belajar di gunakan.
5.
Memberikan penguatan terhadap
siswa yang memakai strategi belajar.
6.
Memberikan praktek yang
beragam dalam pemakaian strategi belajar.
7.
Memberikan umpan balik saat
menguji materi dengan strategi belajar
tertentu.
8.
Mengevaluasi penggunaan
strategi belajar dan mendorong siswa untuk
melakukan evaluasi mandiri.
b.
Tahap Pembelajaran
Secara umum, dalam strategi pembelajaran ada tiga tahapan pokok
yang harus diperhatikan dan diterapkan (Riyanto, 2001) sebagai berikut:
1.
Tahap pemulaan
(prainstruksional), adalah tahapan persiapan guru
sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Dalam tahapan ni kegiatan yang dapat
dilakukan guru, antara lain:
a.
Memeriksa kehadiran siswa
b.
Pretest (menanyakan materi
sebelumnya)
c.
Apersepsi (mengulas kembali
secara singkat materi sebelumnya)
2.
Tahap pengajaran
(instruksional), yaitu langkah-langkah yang dilakukan saat pembelajaran
berlangsung.
Tahap ini merupakan tahapan inti dalam
proses pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran yang telah disiapkan.
Kegiatan yang dilakukan guru, antara lain:
a.
Menjalankan tujuan pengajaran
siswa.
b.
Menulis pokok-pokok materi
yang akan dibahas.
c.
Membahas pokok-pokok materi
yang ditulis .
d.
Menggunakan alat peraga.
e.
Menyimpulkan hasil
pembahasan dari semua pokok materi.
3.
Tahap penilaian dan tindak
lanjut (evaluasi), ialah penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran dan tindak lanjutnya.
Setelah melalui tahap instruksional,
langkah selanjutnya yang ditempuh guru adalah mengadakan penilaian keberhasilan
siswa dengan melakukan posttest.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam tahap ini, antara lain:
a.
Mengajukan pertanyaan pada
siswa tentang materi yang telah dibahas.
b.
Mengulas kembali materi yang
belum dikuasai siswa.
c.
Memberi tugas atau pekerjaan
rumah pada siswa.
d.
Menginformasikan pokok
materi yang akan dibahas pada pertemuan
berikutnya.
Hasil penilaian dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk melakukan
tindak lanjut baik berupa perbaikan maupun pengayaan.
Tahapan-tahapan tersebut memiliki hubungan erat dengan penggunaan
strategi pembelajaran. Oleh karena itu, setiap penggunaan strategi pembelajaran
harus merupakan rangkaian yang utuh dengan tahapan-tahapan pengajaran. Jika
digambarkan, dapat diketahui tahapan pengajaran, sebagai berikut:
2.8
Implementasi Strategi Belajar
Pada dasarnya, tahap-tahap kegiatan pembelajaran mencakup persiapan,pelaksanaan,evaluasi,
dan tindak lanjut. Strategi pembelajaran meliputi seluruh kegiatan atau
tahapan-tahapan tersebut, tetapi titik beratnya berada di tahap persiapan
(Slameto, 1991).
1.
Persiapan Pembelajaran
Dalam tahap ini, persiapan yang perlu
dilakukan:
a.
Perumusan tujuan pengajaran
b.
Pengembangan alat evaluasi
c.
Analisis tugas belajar dan
identifikasi kemampuan siswa
d.
Penyusunan strategi
pembelajaran
2.
Pelaksanaan Kegiatan
Pembelajaran
Tahap ini merupakan pelaksanaan strategi
pembelajaran yang telah dipersiapkan pada tahap sebelumnya, meliputi:
a.
Pengelolaan kelas
b.
Penyelenggaraan tes (jika
ada) atau Tanya jawab untuk memperoleh
balikan mengenai penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran
sebelumnya
yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran baru.
c.
Penyajian bahan pelajaran
sesuai dengan metode dan teknik penyajian.
d.
Pemberian motivasi dan
penguatan.
e.
Diskusi atau Tanya jawab,
kerja kelompok, perorangan.
f.
Monitoring proses
pembelajaran.
g.
Pemanfaatan hasil belajar
3.
Evaluasi hasil program
belajar
Tahap kegiatan ini dimaksudkan untuk
memperoleh balikan tentang hal-hal berikut ini:
a.
Taraf pecampaian tujuan
pembelajaran, keseksamaan perumusan tujuan.
b.
Kesesuaian antara metode dan
teknik pengajaran dengan sifat bahan
pelajaran, tujuan yang ingin dicapai, karakteristik siswa,
kemampuan dasar
siswa.
c.
Keberhasilan program dalam
mencapai tujuan program.
d.
Keseksamaan alat evaluasi
yang digunakan dengan tujuan pengajaran
atau tujuan program yang ingin dinilai keberhasilannya.
4.
Perbaikan program keiatan
pembelajaran
Bagi siswa yang gagal mencapai tingkat
keberhasilan yang telah ditetapkan, perlu diselenggarakan pengajaran remedial
mengenai aspek-aspek, pokok-pokok bahasan dari tugas belajar, tujuan belajar,
dan tujuan pembelajaran yang belum
dikuasai.
Dengan menganalisis hasil evaluasi dan
pelaksanaan fungsi dari masing-masing komponen dan tahap-tahap kegiatan, dapat
diketahui komponen-komponen dan tahap-tahap kegiatan mana yang perlu
direvisi/diperbaiki sebelum melanjutkan ke bahasan yang sebelumnya.
|
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Michael Pressley (1991) dalam (Nur, 2000b: 7), menyatakan bahwa
strategi-strategi belajar adalah operator-operator kognitif meliputi dan
terdiri atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan
suatu tugas (balajar). Strategi-strategi tersebut merupakan strategi-strategi
yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu. Untuk
menyelesaikan tugas belajar siswa memerlukan keterlibatan dalam proses-proses
berpikir dan berperilaku, men-skim
atau membaca sepintas lalu judul-judul utama, meringkas dan membuat catatan,
disamping itu juga memonitor jalan berpikir sendiri.
Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan berdasarkan komponen yang
mendapat tekanan atau diutamakan dalam program pengajaran. Dalam hal ini,
dikenal tiga macam strategi yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada
pengajar, strategi pembelajaran yanng berpusat pada peserta didik, dan strategi
pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran.
Sebuah strategi pembelajaran dikatakan baik bila sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai, dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan
pengajar,sesuai dengan peserta didik, serasi dengan besarnya kelompok,sesuai
dengan waktu pelaksanaanya, dan didukung oleh fasilitas atau media pendidikan yang
tersedia.
Saran
Salah
satu tugas pengajar dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih dan menentukan
strategi pembelajaran yang akan digunakannya. Hal ini berimplikasi bahwa
seorang pengajar harus memahami dan menguasai berbagai jenis strategi
pembelajaran, agar tercapai tujuan yang ideal.
|
DAFTAR
RUJUKAN
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka
Cipta.
Djamarah, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar.
Catakan Pertama,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pengajar, tim. 2000.
Strategi Belajar Mengajar. Medan: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Medan.
Riyanto, Yatim. 2002. Makalah Tentang Bahan Mata Kuliah Landasan Pembelajaran.
Riyanto, Yatim. 2008. Paradigma
Baru Pembelaaran. Jakarta : Kencana.
Slameto.1991. Proses Belajar
Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta.
Bumi Aksara.
Slameto. 1995. Belajar
dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.
Triyanto.2008.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif. Surabaya:
Kencana
Perdana Media Group.
Wikipedia. 2010. Jerome
Bruner. (Online). (http: //en.wikipedia.org/wiki/ Jerome
Bruner.html. diakses 8
September 2013.
No comments:
Post a Comment