Sunday, November 1, 2015

STRATEGI PEMBELAJARAN


 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Strategi Pembelajaran
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J.R.David,1976). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa dalam mempengaruhi hal-hal yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Michael Pressley (1991) dalam (Nur, 2000b: 7) dalam  (Triyanto 2008 ), menyatakan bahwa strategi-strategi belajar adalah operator-operator kognitif meliputi dan terdiri atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas (balajar). Strategi-strategi tersebut merupakan strategi-strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu. Untuk menyelesaikan tugas belajar siswa memerlukan keterlibatan dalam proses-proses berpikir dan berperilaku, men-skim atau membaca sepintas lalu judul-judul utama, meringkas dan membuat catatan, disamping itu juga memonitor jalan berpikir sendiri.
Kemp (1995) dalam (Triyanto 2008 )menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
       3
 
Kozma  (dalam Sanjaya 2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
Cropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. la menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Sedangkan Sulistyono (2003), mendefinisikan strategi belajar sebagai tindakan khusus yang dilakukan leh seseorang untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi baru.
Nama lain strategi-strategi belajar adalah strategi-strategi kognitif, yaitu suatu strategi belajar yang mengacu pada perilaku dan proses-proses berfikir siswa yang digunakan pada saat menyelesaikan tugas-tugas belajar (Nur, 2000:7) dalam (Triyanto 2008). Dengan kata lain bahwa strategi-strategi tersebut ebih dekat pada hasil belajar kognitif daripada tujuan-tujuan belajar perilaku.
Norman dalam Nur (2000b:6) dalam (Triyanto 2008) juga memberikan argumen yang kuat tentang pentingnya pengajaran strategi. Pengajaran strategi belajar berlandaskan pada dalil, bahwa keberhasilan belajar siswa sebagian besar bergantung pada kemahiran untuk belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri. Ini menjadikan strategi-strategi belajar mutlak diajarkan kepada siswa secara tersendiri, mulai dari kelas-kelas rendah sekolah dasar dan terus berlanjut sampai sekolah menengah dan pendidikan tinggi.
Sedangkan strategi menurut Slameto (1991) adalah suatu rencana tentamg pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengajaran.
Rusyan (1992) berpendapat bahwa strategi secara umum dapat didefinisikan sebagai garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Hal senada juga dikemukakan oleh Djamrah (2002), bahwa secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Berkaitan dengan pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dengan anak didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswamempelajari sesuatu secara efektif dan efisien (Muhaimin, 1996).
Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Dari beberapa pengertian di atas  kami  menyimpulkan bahwa pengertian strategi pembelajaran merupakan kegiatan penggunaan  teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ke tahap evaluasi, serta program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang talah ditetapkan.
2.1.1 Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling berkaitan. Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengacu pada penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembuatan rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsep serta kaitan yang sudah diajarkan.
2.1.2 Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah:(1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja.
2.1.3 Strategi Pengelolaan Pembelajaran            
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.
2.2 Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran
Beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik atau taktik dalam pembelajaran.
1. Metode
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
2. Pendekatan (Approach)
Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
3. Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang harus dilakukan agar metode ceramah berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari setelah makan siang dengan jumlah siswa yang banyak tentu saja akan berbeda jika ceramah itu dilakukan pada pagi hari dengan jumlah siswa yang terbatas.
4. Taktik
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan melakukannya secara berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan ilustrasi atau menggunakan gaya bahasa agar materi yang disampaikan mudah dipahami.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi pembelajaran sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.

2.3 Tujuan Strategi Belajar
            Mengajar pada dasarnya, meliputi mengajari siswa bagaimana belajar, berpikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri (Weistein dan Meyer dalam Nur 2000).
            Pengajaran strategi belajar berdasarkan pada dalil bahwa keberhasilan siswa sebagian besar bergantung pada kemahiiran untuk belajar mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri. Hal inilah yang menjadikan strategi belajar mutlak diajarkan kepada siswa tersendiri mulai dari kelas enam SD dan terus berlanjut sampai sekolah menengah dan pendidikan tinggi. Hal lain yang dianggap pentingnya mengajarkan strategi belajar adalah alur pemikiran Norman dalam Andreas (1997:234), yang memberikan kelemahan guru dalam tugas mengajarkan siswa bagaimana belajar sebagai tujuan pendidikan. Secara lebih detail, weistein dan Mayer dalam Nur (2000:6) mengatakan :
Merupakan hal yang aneh apabila kita mengharapkan siswa belajar namun jarang mengajarkan mereka tentang belajar. Kita mengharapkan siswa untuk memecahkan masalah namun tidak mengajarkan mereka tentang pemecahan masalah. Dan sama halnya, kita kadang-kadang meminta siswa mengingat sejumlah besar bahan ajar namun jarang mengajarkan mereka seni menghafal. Sekarang tibalah waktunya kita membenahi kelemahan tersebut, tibalah waktunya kita mengembangkan ilmu terapan tentang belajar dan pemecahan masalah dan memori. Kita perlu mengembangkan prinsip-prinsip umum tentang bagaimana belajar, mengingat, memecahkan masalah, dan kemudian mengemasnya dalam bentuk pelajaran yang siap diterapkan, dan kemudian memasukkan metode-metode ini dalam kurikulum.
            Berdasarkan pernyataan tersebut, maka mengembangkan dan mengajarkan strategi-strategi belajar kepada siswa merupakan tugas seorang guru untuk membentuk siswa menjadi pelajar dengan pengendalian diri atau mandiri (self-regulated learning). Menurut Arends (1997: 245 dalam Trianto 2009: 141) pelajar mandiri (self-regulated learning) adalah pelajar yang dapat melakukan hal penting dan memiliki karakteristik, antara lain:
1.                  Mendiagnosis secara tepat suatu situasi pembelajaran tertentu.
2.                  Memiliki pengetahuan strategi-strategi belajar efektif, bagaimana serta
kapan menggunakannya.
3.                  Dapat memotivasi diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motivator
eksternal.
4.                  Mampu tetap tekun dalam tugas sehingga tugas itu terselesaikan.
5.                  Belajar secara efektif dan memiliki motivasi abadi untuk belajar.
Menurut Djamarah Sain (2002: 5 dalam Trianto 2009: 142), ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yaitu: pertama, mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan; kedua, memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan keempat, menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

2.4 Klasifikasi Strategi Pembelajaran
            Jenis strategi pembelajaran berdasarkan klasifikasinya:
a.        Strategi Pembelajaran Berdasarkan Penekanan Komponen Dalam Program Pengajaran
     Berdasarkan komponen yang mendapat tekanan dalam program pengajaran, terdapat tiga macam strategi  pembelajaran yaitu:
  1. Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajar
    Strategi ini merupakan strategi yang paling tua, disebut juga pembelajaran tradisional. Pengajar berlaku sebagai sumber informasi yang mempunyai posisi sangat dominan. Pengajar harus mengalihkan pengetahuannya kepada pserta didik dan menyampaikan keterangan atau informasi sebanyak-banyaknya kepada pesrta didik. Dalam aktifitas pembelajaran seperti ini peserta didik cenderung menjadi pasif. Tehnik pembelajaran ini disebut juga teacher centre strategies. 
  1. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
       Strategi ini disebut juga student center strategies. Peserta didik bukan objek pendidikan karena sebagai manusia ia adalah subyek dalam modalitas. Dalam proses pembelajaran peserta didik berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya dibawah bimbingan pengajar, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini pengajar hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator.
  1. Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran
       Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan informal. Materi formal adalahisi pelajaran yang terdapat dalam buku-buku teks resmi di sekolah, sedangkan materi informal adalah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Stratei ini disebut juga material center strategis.Strategi ini berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang disertai arus globalisasi yang berakibat pengajar tidak lagi menjadi sumber informasi. Sekolah tidak mungkin lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, karena banyak media yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, seperti melalui media masa cetak dan elektronik. Yatim Riyanto (2008:138)

b.      Strategi Pembelajaran Berdasarkan Kegiatan Pengolahan Pesan Atau Materi

Berdasarkan kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka strategi pembelajaran dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:


  1. Strategi pembelajaran ekspositoris
      Strategi ini merupakan strategi berbentuk penguraian, baik berupa bahan tertulis maupun penjelasan atau penyajian verbal. Pengajar mengolah materi secara tuntas sebelum disampaikan di kelas. Dalam hal  ini pengajar berperan sangat dominan, sedangkan peserta didik berperan sangat pasif atau menerima saja Yatim Riyanto (2008:139).
  1. Strategi pembelajaran heuristik atau kuriorstik
      Strategi ini merupakan suatu strategi pembelajaran yang bertolak belakang dengan strategi ekspositoris., karena dalam strategi ini peserta didik diberi kesempatan untuk berperan dominan  (aktif) dalam proses pembelajaran. Strategi ini menyiasati agar aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem instruksional mengarah kepada pengaktifan peserta didik, mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan Yatim Riyanto (2008:139).
c.       Strategi Pembelajaran Berdasarkan Cara Pengolahan atau Memproses  Pesan Atau Materi
Strategi pembelajaran berdasarkan cara pengolahan atau memproses pesan atau materi dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
  1. Strategi pembelajaran deduksi
      Dalam strategi pembelajaran deduksi pesan diolah mulai dari hal umum menuju kepada hal yang khusus, dari hal-hal yang abstrak kepada hal-hal yang nyata, dari konsep-konsep yang abstrak kepada contoh-contoh yang konkret, dari sebuah premis menuju ke kesimpulan yang logis.
  1. Strategi pembelajaran induksi
     Strategi pembelajaran induksi adalah pengolahan pesan yang dimulai dari hal-halbersifat individual menuju generalisasi, dan pengalaman-pengalaman empiris yang individual menuju kepada konsep yang bersifat umum. Yatim Riyanto (2008:139).
d.      Strategi Pembelajaran Berdasarkan Cara Memproses
Penemuan 
      Berdasarkan cara memproses penemuan, strategi pembelajaran dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
  1.  Strategi ekspositoris
    Seperti telah dikemukakan diatas, strategi pembelajaran ini merupakan strategi berbentuk penguraian yang dapat berupa bahan tertulis atau penjelasan (presentaasi). Penngajar mengolah secara tuntas pesan atau materi sebelum disampaikan di kelas. Triyanto (2008:103).
  1. Strategi penemuan (discovery)
    Dalam bukunya, Roestiyah (2001) mengemukakan bahwa discovery (penemuan) adalah proses mental peserta didik yang mampu mengasimilasikan sebuah konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, menduga, atau memperkirakan, menjalaskan, menngukur, dan membuat kesimpulan. Yang tergolong ke dalam konsep misalnya, segitiga, panas, demokrasi. Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip, misalnya, logam bila dipanaskan akan mengembang.

2.5 Komponen Strategi Pembelajaran
      Pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan, dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.
1. Guru
   Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2.   Peserta didik
      Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat dimodifikasi oleh guru.
3. Tujuan
    Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
4.  Bahan Pelajaran
     Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
5.  Kegiatan pembelajaran
    Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
6.    Metode
       Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
7.     Alat
       Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
8.  Sumber Pembelajaran
     Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan lain-lain.
9.  Evaluasi
     Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan formatif.
10.  Situasi atau Lingkungan
      Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping.
11.  Faktor Administrasi dan Finansial
       Faktor-faktor yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan strategi pembelajaran adalah segi administrasi dan finansial, seperti jadwal pelajaran, kondisi gedung, dan ruanng belajar. Pada intinya, sarana dan prasarana harus menjadi faktor penunjanng yang benar-benar berfungsi selama proses pembelajaran berlangsung. Keberadaan variabel ini merupakan sebuah keharusan. Demikian pula, berkenaan dengan masalah pendanaan atau finansial. Kelancaran proses belajar pun sering bergantung pada faktor ini.
            Komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut akan mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu semua komponen strategi pembelajaran merupakan faktor yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran. Triyanto (2009:247)
2.6    Pemilihan Strategi Pembelajaran
2.6.1 Memilih Strategi Pembelajaran
            Secara teknis, strategi pembelajaran adalah metode dan prosedur yang ditempuh oleh siswa dan guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan intruksional berdasarkan materi pengajaran tertentu dan dengan bantuan unsur penunjang tertentu pula (Hamlik, 1994). Dalam ini, Twelker ( Dalam tim pengajar, 2000) menemukakan bahwa pada dasarnya strategi pengajaran mencakup empat hal yaitu:
  1. Penetapan tujuan pengajaran.
  2. Penetapan sistem pendekatan pembelajaran.
  3. Pemilihan dan penetapan metode, teknik dan prosedur pembelajaran. Termasuk penetapan alat, media, sumber dan fasilitas pengajaran serta penetapan langkah-langkah strategi pembelajaran (Kegiatan pembelajaran dan pengelolaan waktu).
  4. Penetapan kriteria keberhasilan proses pembelajarandari dan dengan evaluasi yang digunakan.
Sehubungan dengan penetapan strategi pembelajaran, ada empat masalah pokok yang
sangat penting yang dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan pembelajaran agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan (Djamrah, 2002), yaitu :
1.      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku da kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.      Memilih sisitem pendekatan pembelajaran berdasarkan asprasi dan pandangan hidup masyarakat.
3.      Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4.      Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria srta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutya akan dijadikan umpan balik untuk menyempurnakan sisitem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Namun demikian, dalam pemilihan dan penetapan strategi pembelajaran ada beberapa hal yang perlu dijaikan sebagai pertimbangan, antara lain :
  1. Kesesuaian dengan tujuan intruksional yang hendak dicapai.
  2. Kesesuaian dengan bahan bidang studi yang terdiri dari aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap. dan nilai.
  3. Strategi pembelajaran itu mengandung seperangkat kegiatan pembelajaran yang mungkin mencaku penggunaan beberapa metode pengajaran yang relevan dengan tujuan dan materi pembelajaran.
  4. Kesesuaian dengan kemampuan profesional guru yang bersangkutan terutama dalam rangka pelaksanaanya di kelas.
  5. Cukup waktu yang tersedia karena erat kaitannya dengan waktu belajar dan banyaknya bahan yang harus disampaikan.
  6. Kesediaan unsur penunjang, khususnya media intruksional yang relevan dan peralatan yang memadai.
  7. Suasana lingkungan dalam kelas dan lembaga pendidikan secara keseluruhan.
  8. Jenis-jenis kegiatan yang serasi dengan kebutuhan dan minat siswa, karena erat kaitannya dengan tingkat motivasi belajar untuk mencapai tujuan intruksional.
Semua faktor tersebut mendasari pemilihan dan penggunaan srategi
pembelajaran yang dinilai lebih sesuai bagi pembelajaran. Strategi pembelajaran banyak macamnya. Guru dapat memilih satu atau beberapa strategi sekaligus dan diterapkan secara bervariasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, materi, siswa, lingkungan, serta kemampuan pengajar itu sendiri untuk melaksanakannya.


2.6.2 Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Kriteria pemilihan strategi pembelajaran adalah suatu dasar acuan yang dapat digunakan dalam memilih strategi yang tepat dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Orientasi dari pemilihan strategi pembelajaran haruslah pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik siswa serta situasi dan kondisi lingkungan dimana proses belajar tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Mager (1977) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1.    Berorientasi pada tujuan pembelajaran
Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan analisis pemebelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan sesuai yang dikehendaki oleh latihan atau praktek langsung.
2.    Pilih teknik atau metode pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja). Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pandai memprogram data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin digunakan adalah praktikum dan analisis kasus atau pemecahan masalah (problem solving)
3.    Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik maupun psikis, misalnya menggunakan LCD Proyektor. Dalam menjelaskan suatu bagan, lebih baik guru menggunakan LCD Proyektor dari pada berceramah, karena penggunaan LCD Proyektor Memungkinkan peserta didik sekaligus dapat melihat dan mendengarkan penjelasan guru.
Selain kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memperhatikan pertannyaan-pertannyaan dibawah ini:
a.     Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)?
b.    Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing?
c.     Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktek langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
d.    Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa?
Gerlach dan Ely (1990, hal 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik.
1.    Efisiensi
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.Gerlach dan Ely (1990) menyebutkan tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah berorentasi pada tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai.
Contoh kasus: Seorang guru biologi akan mengajar insekta (serangga). Tujuan pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan delapan jenis binatang yang termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi nama, kemudian siswa diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya para siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Strategi ekspository tersebut memang merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan. Untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan strategi inquiry diberikan dengan suatu konsep, bukan hanya sekedar menghafal.
Strategi ini lebih tepat.
Guru dapat menunjukkan berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide kemudian siswa diminta membedakan manakah yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan susunan tubuhnya, dan sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan atau melihat kembali gambar (sketsa) yang ditunjukkan guru kemudian mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa gambar, guru memberi pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang akhirnya siswa dapat membedakan mana yang termasuk serangga dan mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep tentang serangga. Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk mempelajari konsep atau prinsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki. Kelak kemampuan ini akan sangat berguna bagi masa depannya.
2.    Efektivitas
Pada dasarnya efektivitas ditujukan  untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir tidak tercapai. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Jika tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien. Apabila kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan.
3.    Keterlibatan Peserta Didik
Pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori.
Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, hal 108).
Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu:
a.     Latihan dan praktek seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan, sikap atau keterampiian tertentu. Agar materi tersebut dapat terinternalisasi (relatif mantap dan termantapkan dalam diri mereka), maka kegiatan selanjutnya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih dan mempraktekkan pengetahuan, sikap, atau ketrampilan tersebut.
b.    Umpan Balik
Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya, maka , guru memberikan umpan balik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan itu benar/atau salah, tepat/tidak tepat atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.

2.7              Langkah-langkah Mengajarkan Strategi Belajar dan Tahap
Pembelajarannya
a.      Langkah Mengajarkan Strategi Belajar
            Tujuan utama pengajaran strategi adalah mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri (pelajar mandiri). Ada empat hal penting menurut Arends (dalam Nur, 2000: 9 dalam Trianto 2009: 142) yang dilakukan siswa agar dapat belajar mandiri, yaitu:
1.                  Secara cermat mendiagnosis suatu situasi pembelajaran tertentu.
2.                  Memilih suatu strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah
belajar tertentu yang dihadapi.
3.                  Memonitor keefektifan strategi tersebut.
4.                  Cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai
masalah tersebut terselesaikan.
Satu contoh dari seorang pelajar mandiri adalah seseorang yang mengetahui kapan penting untuk meringkas atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan sambil membaca suatu halaman dalam suatu buku atau mendengarkan presentasi guru dan seseorang yang termotivasi untuk melakukan suatu langkah-langkah kerja dan memonitor keberhasilannya.
Berdasarkan argument tersebut, maka untuk mengajarkan strategi-strategi belajar kepada siswa terdapat beberapa hal atau langkah yang harus diperhatikan, yaitu:
1.                  Memberi tahu siswa bahwa mereka akan diajarkan suatu strategi belajar,
agar perhatian siswa terfokus.
2.                  Menunjukkan hubungan positif penggunaan strategi belajar terhadap
prestasi belajar dan memberitahukan perlunya kerja pikiran ekstra untuk menumbuhkan prestasi yang tinggi.
3.                  Menjelaskan dan memperagakan strategi yang diajarkan.
4.                  Menjelaskan kapan dan mengapa suatu strategi belajar di gunakan.
5.                  Memberikan penguatan terhadap siswa yang memakai strategi belajar.
6.                  Memberikan praktek yang beragam dalam pemakaian strategi belajar.
7.                  Memberikan umpan balik saat menguji materi dengan strategi belajar
tertentu.
8.                  Mengevaluasi penggunaan strategi belajar dan mendorong siswa untuk
melakukan evaluasi mandiri.
b.      Tahap Pembelajaran
Secara umum, dalam strategi pembelajaran ada tiga tahapan pokok yang harus diperhatikan dan diterapkan (Riyanto, 2001) sebagai berikut:
1.                  Tahap pemulaan (prainstruksional), adalah tahapan persiapan guru
sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Dalam tahapan ni kegiatan yang dapat dilakukan guru, antara lain:
a.                   Memeriksa kehadiran siswa
b.                  Pretest (menanyakan materi sebelumnya)
c.                   Apersepsi (mengulas kembali secara singkat materi sebelumnya)

2.                  Tahap pengajaran (instruksional), yaitu langkah-langkah yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung.
Tahap ini merupakan tahapan inti dalam proses pembelajaran, guru menyajikan materi pelajaran yang telah disiapkan. Kegiatan yang dilakukan guru, antara lain:
a.                   Menjalankan tujuan pengajaran siswa.
b.                  Menulis pokok-pokok materi yang akan dibahas.
c.                   Membahas pokok-pokok materi yang ditulis .
d.                  Menggunakan alat peraga.
e.                   Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi.

3.                  Tahap penilaian dan tindak lanjut (evaluasi), ialah penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dan tindak lanjutnya.
Setelah melalui tahap instruksional, langkah selanjutnya yang ditempuh guru adalah mengadakan penilaian keberhasilan siswa dengan melakukan posttest. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam tahap ini, antara lain:
a.                   Mengajukan pertanyaan pada siswa tentang materi yang telah dibahas.
b.                  Mengulas kembali materi yang belum dikuasai siswa.
c.                   Memberi tugas atau pekerjaan rumah pada siswa.
d.                  Menginformasikan pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan
berikutnya.
Hasil penilaian dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk melakukan tindak lanjut baik berupa perbaikan maupun pengayaan.
Tahapan-tahapan tersebut memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi pembelajaran. Oleh karena itu, setiap penggunaan strategi pembelajaran harus merupakan rangkaian yang utuh dengan tahapan-tahapan pengajaran. Jika digambarkan, dapat diketahui tahapan pengajaran, sebagai berikut:


 





2.8               Implementasi Strategi Belajar
Pada dasarnya, tahap-tahap kegiatan pembelajaran mencakup persiapan,pelaksanaan,evaluasi, dan tindak lanjut. Strategi pembelajaran meliputi seluruh kegiatan atau tahapan-tahapan tersebut, tetapi titik beratnya berada di tahap persiapan (Slameto, 1991).
1.                  Persiapan Pembelajaran
Dalam tahap ini, persiapan yang perlu dilakukan:
a.                   Perumusan tujuan pengajaran
b.                  Pengembangan alat evaluasi
c.                   Analisis tugas belajar dan identifikasi kemampuan siswa
d.                  Penyusunan strategi pembelajaran

2.                  Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Tahap ini merupakan pelaksanaan strategi pembelajaran yang telah dipersiapkan pada tahap sebelumnya, meliputi:
a.                   Pengelolaan kelas
b.                  Penyelenggaraan tes (jika ada) atau Tanya jawab untuk memperoleh
balikan mengenai penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran sebelumnya
yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran baru.
c.                   Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan metode dan teknik penyajian.
d.                  Pemberian motivasi dan penguatan.
e.                   Diskusi atau Tanya jawab, kerja kelompok, perorangan.
f.                   Monitoring proses pembelajaran.
g.                  Pemanfaatan hasil belajar

3.                  Evaluasi hasil program belajar
Tahap kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh balikan tentang hal-hal berikut ini:
a.                   Taraf pecampaian tujuan pembelajaran, keseksamaan perumusan tujuan.
b.                  Kesesuaian antara metode dan teknik pengajaran dengan sifat bahan
pelajaran, tujuan yang ingin dicapai, karakteristik siswa, kemampuan dasar
siswa.
c.                   Keberhasilan program dalam mencapai tujuan program.
d.                  Keseksamaan alat evaluasi yang digunakan dengan tujuan pengajaran
atau tujuan program yang ingin dinilai keberhasilannya.
4.                  Perbaikan program keiatan pembelajaran
Bagi siswa yang gagal mencapai tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan, perlu diselenggarakan pengajaran remedial mengenai aspek-aspek, pokok-pokok bahasan dari tugas belajar, tujuan belajar, dan tujuan pembelajaran  yang belum dikuasai.
Dengan menganalisis hasil evaluasi dan pelaksanaan fungsi dari masing-masing komponen dan tahap-tahap kegiatan, dapat diketahui komponen-komponen dan tahap-tahap kegiatan mana yang perlu direvisi/diperbaiki sebelum melanjutkan ke bahasan yang sebelumnya.

















 
BAB III
PENUTUP

Simpulan   
Michael Pressley (1991) dalam (Nur, 2000b: 7), menyatakan bahwa strategi-strategi belajar adalah operator-operator kognitif meliputi dan terdiri atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas (balajar). Strategi-strategi tersebut merupakan strategi-strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu. Untuk menyelesaikan tugas belajar siswa memerlukan keterlibatan dalam proses-proses berpikir dan berperilaku, men-skim atau membaca sepintas lalu judul-judul utama, meringkas dan membuat catatan, disamping itu juga memonitor jalan berpikir sendiri.
Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan berdasarkan komponen yang mendapat tekanan atau diutamakan dalam program pengajaran. Dalam hal ini, dikenal tiga macam strategi yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar, strategi pembelajaran yanng berpusat pada peserta didik, dan strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran.
   Sebuah strategi pembelajaran dikatakan baik bila sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan pengajar,sesuai dengan peserta didik, serasi dengan besarnya kelompok,sesuai dengan waktu pelaksanaanya, dan didukung oleh fasilitas atau media pendidikan yang tersedia. 

Saran

            Salah satu tugas pengajar dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakannya. Hal ini berimplikasi bahwa seorang pengajar harus memahami dan menguasai berbagai jenis strategi pembelajaran, agar tercapai tujuan yang ideal. 



25
 
 


DAFTAR RUJUKAN

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.
Djamarah,  dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Catakan Pertama,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pengajar, tim. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Medan: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Medan.
Riyanto, Yatim. 2002. Makalah Tentang Bahan Mata Kuliah Landasan Pembelajaran.

Riyanto, Yatim. 2008. Paradigma Baru Pembelaaran. Jakarta : Kencana.
Slameto.1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta.
Bumi Aksara.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.

Triyanto.2008.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya:
Kencana Perdana Media Group.

Wikipedia. 2010. Jerome Bruner. (Online). (http: //en.wikipedia.org/wiki/ Jerome

Bruner.html. diakses 8 September 2013.

No comments:

Post a Comment