BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asumsi-asumsi yang melandasi program-program
pendidikan seringkali tidak sejalan dengan konsep dan prinsip dasar
pembelajaran. Dunia pendidikan, lebih khusus lagi dunia belajar, didekati dengan
paradigma yang tidak mampu menggambarkan konsep dan prinsip dasar pembelajaran
secara komprehensif.
Praktik-praktik pendidikan dan pembelajaran
sangat diwarnai oleh landasan teoritik dan konseptual yang tidak akurat.
Pendidikan dan pembelajaran selama ini hanya mengagungkan pada pembentukan
perilaku keseragaman, dengan harapan akan menghasilkan keteraturan, ketertiban,
dan kepastian (Degeng, 2000). Pembentukan ini dilakukan dengan kebijakan
penyeragaman pada berbagai hal di sekolah. Paradigma pendidikan yang
mengagungkan keseragaman ternyata telah berhasil mengajarkan anak-anak untuk
mengabaikan keberagaman/perbedaan. Dari uraian di atas maka para pendidik dan
para perancang pendidikan serta pengembangan program-program pembelajaran perlu
menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
yaitu :
1.2.1
Bagaimana Konsep Dasar Pembelajaran ?
1.2.2
Apa pengertian dari Hakikat Belajar dan Pembelajaran
?
1.2.3
Bagaimanakah Proses Pembelajaran ?
1.2.4
Apa sajakah Prinsip – Prinsip
Pembelajaran ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah
ini adalah :
1.3.1
Untuk mengetahui Konsep
Dasar Pembelajaran
1.3.2
Untuk mengetahui Pengertian
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
1.3.3
Untuk mengetahui Proses
Pembelajaran
1.3.4
Untuk mengetahui
Prinsip – Prinsip Pembelajaran
|
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam
memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan
berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah. Jika teori
berhubungan dengan konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran
akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran. Dalam belajar ada yang dinamakan
proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan
oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Oleh
karena itu, guru hendaknya berperan dalam memfasilitasi agar terjadi proses
mental emosional siswa tersebut sehingga kemajuan belajar dapat dicapai dalam
proses pembelajaran.
Setelah mengalami proses
pembelajaran ada yang dinamakan hasil belajar sebagai suatu yang ditentukan
oleh usaha sesorang dalam melaksanakan kegiatan belajar. Pada dasarnya, hasil
belajar ini ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan
baik yang meliputi segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dan hasil
belajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam mencapai tujuannya baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam proses pembelajaran harus ada
hal yang dapat dijadikan sebagai motivasi atau dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
2.2
Hakikat Belajar
|
Belajar merupakan
aktivitas yang di sengaja yang di
lakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri. Belajar
dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat
melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana (1989:28), belajar merupakan
proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar menurut Gagne (1984), adalah
suatu proses perubahan perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Beberapa
pengertian belajar yang di pandang dari tujuan dan proses berbagai pengalaman
diantaranya :
a.
Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang
berkesinambungan yang di mulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.
b.
Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang
bersifat relatif permanen.
c.
Hasil belajar ditunjukan dengan aktivitas-aktifitas
tingkah laku secara keseluruhan.
d.
Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara
lain aspek motivasi, emosional, sikap, dan sebagainya.
Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam
belajar yaitu:
1.
Proses
Belajar adalah proses
mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang dikatakan
belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan
itu sendiri tidak dapat di amati orang lain akan tetapi dirasakan oleh yang
bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan
siswa. Guru melihat dari kegiatan siswa sebagai aktivitas siswa pikiran dan
perasaan siswa sebagai contoh siswa bertanya ,menanggapi, menjawab pertanyaan,
memecahkan persoalan, melaporkan hasil kerja,membuat rangkuman. Itu semua
gejala yang tampak dari aktivitas mental dan emosional siswa.
2.
Perubahan
perilaku
Hasil
belajar akan tampak pada perubahan prilaku individu yang belajar. Seseorang
yang belajar akan mengalami perubahan prilaku sebagai akibat kegiatan
belajarnya, pengetahuan dan keterampilannya bertambah, dan penguasaan
nilai-nilai dan skap bertambah pula. Menurut para ahli psikologi tidak semua
perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan prilaku sebagai hasil
belajar di klasifikasikan menjadi tiga domain yaitu:
1) Kognitif
Kognitif meliputi perilaku
daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual manusia, antara lain:
kemampuan mengingat (knowledge), memahami (comprehension),
menerapkan (application),
menganalisis (analysis) dan
mengevaluasi (evaluation).
2) Afektif
Afektif berkaitan dengan
prilaku daya rasa atau emosional manusia.
3) Psikomotorik
Psikomotorik berkaitan
dengan prilaku dan bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik).
3.
Pengalaman
Belajar adalah mengalami,
dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berintraksi dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, lingkungan fisik
adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar individu
baik dalam bentuk alam sekitar (natural)
maupun dalam bentuk ciptaan manusia (cultural).
Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan
menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga
tentu kurang merangsang / menantang siswa untuk belajar apalagi bagi siswa SD
yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga. Semua
lingkungan yang di perlukan untuk belajar siswa ini akan menjadi bahan belajar
dan pembelajaran yang efektif.
2.2.1
Hakikat Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan
dari istilah pengajaran, Pembelajaran adalah suatu upaya yang di lakukan oleh
seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Definisi pembelajaran menurut para
ahli :
·
Gagne
dan Briggs (1979:3), Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
·
Zaenal Aqib (2002:41). Pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, materil,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran serta mempersiapkan peserta didik menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari dengan mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi
peserta didik
Dengan arti
lain bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari guru untuk membuat siswa
belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar
dengan mendapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama
karena adanya usaha. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan, melainkan menyiapkan
pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka.
Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi jika dilaksanakan dengan
pola dan bahan pembelajaran yang bervariasi. Menurut Modhoifir (1987:30) pada
garis besarnya ada tiga pola pembelajaran :
1.
Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan
pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran sangat tergantung pada
kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan
tersebut secara lisan kepada siswa.
2.
Pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pola pembelajaran ini guru sudah di bantu
oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam
menjelaskan dan menerangkan suatu pesan yang bersifat abstrak.
3.
Pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah
mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru
dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Jadi pola pembelajaran
bergantian antara guru dan media interaksi dalam berintraksi dengan siswa.
Selain pola pembelajaran yang bervariasi,
peran guru juga menentukan proses penyampaian pembelajaran. Menurut Adams &
Dickey ( dalam Oemar hamalik, 2005 ), peran guru sesungguhnya sangat luas,
meliputi:
a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
b. Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)
c. Guru sebagai ilmuan (teacher as scientist)
d. Guru sebagai pribadi (teacher as person)
Bahkan dalam arti luas , sekolah berubah
fungsi menjadi penghubung antar ilmu/teknologi dengan masyarakat, dan sekolah
lebih aktif ikut dalam pembangunan, maka peran guru menjadi luas.
2.3
Proses Pembelajaran
Bila
semua paradigma masyarakat perguruan tinggi telah memahami
dengan baik tentang proses pembelajaran siswa aktif (Learning how to learn) penyiapan sumber daya telah di atur dengan
baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan RPP/SAP yang
telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses
pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah.
Dalam
proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka sampai menutup pelajaran, sebagai berikut :
a.
Kegiatan awal, yaitu: melakukan
apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan bila di anggap perlu
memberikan pre-test;
b.
Kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang di lakukan guru dalam memberikan
pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang di anggap sesuai
dengan tujuan dan materi yang akan di sampaikan;
c.
Kegiatan akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian tugas atau pekerjaan
rumah bila di anggap perlu.
2.4 Komponen – Komponen Pembelajaran
Komponen
merupakan bagian dari
suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses pembelajaran untuk mencapai suatu pembelajaran yang
optimal. Jadi, komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem proses pendidikan yang
menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan
(Slameto, 2010). Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:
1. Tujuan
pendidikan
Tujuan
adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogamkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah
suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan
itu akan dibawa. Demikian juga halnya dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan
adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam kegiatannya. Tujuan merupakan
komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti: bahan
pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan
evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan didayagunakan untuk mencapai
tujuan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan Pendidikan menurut Dimyati, dkk (2009) yaitu :
1. Tujuan pendidikan mengarahkan
dan membimbing kegiatan pendidik dan peserta didik dalam proses pengajaran;
2. Tujuan pendidikan memberikan
motivasi kepada pendidik dan peserta didik;
3. Tujuan pendidikan memberikan
pedoman dan petunjuk kepada pendidik dalam rangka memilih dan menentukan metode
mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi peserta didik;
4. Tujuan pendidikan penting
maknanya dalam rangka memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan
digunakan; dan
5. Tujuan pendidikan penting dalam
menentukan alat/ teknik penilaian pendidik terhadap hasil belajar peserta
didik.
Ada bermacam
-
macam tujuan pendidikan
menurut M. J. Langeveld (Siswoyo, 2007: 26), yaitu:
1. Tujuan
Umum
Tujuan umum
adalah tujuan paling akhir dan merupakan keseluruhan/ kebulatan tujuan yang
ingin dicapai oleh pendidikan. Menurut Langeveld tujuan umum atau
tujuan akhir, akhirnya adalah kedewasaan, yang salah asatu cirinya adalah tetap
hidup dengan pribadi mandiri. Dan
menurut Hoogveld (Soekarlan, 1969: 29) mendidik itu berarti membantu manusia
agar mampu menunaikan tugas hidupnya secara berdiri sendiri.
2. Tujuan
Khusus
Tujuan
khusus adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar berbagai hal. Misalnya usia,
jenis kelamin, intelegensi, bakat, minat, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap
perkembangan, tuntutan persyaratan pekerjaan dan sebagainya.
3. Tujuan
tak lengkap
Tujuan tak
lengkap adalah tujuan yang hanya menyangkut sebagian aspek kehidupan
manusia.Misalnya aspek psikologis, biologis, sosiologis saja.
Salah satu aspek psikologis
misalnya hanya mengembangkan emosi dan pikiran saja.
4. Tujuan
Sementara
Tujuan
sementara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk sementara saja, sedangkan jika
tujuan sementara sudah
tercapai maka ditinggalkan dan diganti dengan tujuan yang lain. Misalnya: orang
tua ingin agar anaknya berhenti merokok, dengan dikurangi uang sakunya. Kalau
sudah tidak merokok, lalu ditingalkan dan diganti dengan tujuan lain misalnya
agar tidak suka begadang.
5. Tujuan
Intermedier
Tujuan
intermedier yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok. Misalnya:
anak yang dibiasakan untuk menyapu halaman, maksudnya agar klak ia mempunyai
rasa tanggung jawab. Membiasakan mmbagi-bagi tugas pada anak satu dngan lainnya
juga berarti melatih tanggung jawab dengan maksud agar kelak mereka memiliki
rasa tanggung jawab.
6. Tujuan
Insidental
Tujuan
insidental yaitu tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, seketika atau
spontan. Misalnya: pendidik menegur anak yang bermain kasar ketika bermain
sepak bola. Selain itu, orang tua yang menegur anaknya untuk duduk dengan
sopan.
Dalam bukunya, Djamarah (2010: 42)
mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan
perilaku (performance) peserta didik yang kita harapkan setelah mereka
mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan peserta didik dapat memahami dan
mengamalkannya.
2. Peserta
didik
Menurut Hamalik, (2004), peserta didik adalah salah satu komponen dalam
pengajaran dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen
yang terpenting diantara kelompok lainnya. Pada dasarnya peserta didik adalah
unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik,
sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Tanpa adanya peserta didik,
pendidik tak akan mungkin mengajar. Sehingga peserta didik adalah komponen yang
penting dalam hubungan proses belajar mengajar ini.
Menurut
J. Locke berpandangan bahwa jiwa anak bagaikan tabu rasa,
sebuah meja lilin yang dapat ditulis dengan apa saja bagaimana keinginan si
pendidik. Sedangkan menurut J.J. Rousseau memandang anak sebagai seseorang yang
memiliki jiwa yang bersih dan karena lingkungan maka ia jadi kotor.
Berbeda dengan pandangan di
atas maka menurut psikologi modern, anak adalah suatu organisme yang hidup,
yang mereaksi, berbuat, dan sebagainya, yang memiliki suatu kebutuhan, minat, kemampuan, dan
masalah-masalah tertentu. Tujuan mengenal peserta
didik dengan maksud agar pendidik dapat membantu pertumbuhan
dan perkembangannya secara efektif. Mengenal dan memahami peserta didik sangat
penting agar pendidik dapat menentukan bahan-bahan yang akan diberikan,
menggunakan prosedur belajar yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.
3. Pendidik
Sebelum memulai tugasnya, pendidik harus
terlebih dahulu mempelajari kurikulum dan memahami program pendidikan yang
sedang dilaksanakan. Hal – hal yang
harus dipersiapkan pendidik setiap akan mengajar yaitu :
1)
Membuat persiapan
mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana
tahunan. Karena itu pendidik
harus memahami benar tentang tujuan pengajaran, cara merumuskan tujuan
mengajar, memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
2)
Memahami
bahan pelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan berbagai sumber
3)
Memilih,
menentukan dan menggunakan alat peraga,
Dengan melaksanakan tugasnya, ia perlu
mengadakan kerja sama dengan orang tua peserta didik, dengan badan-badan
kemasyarakatan dan sekali-sekali membawa peserta didik mengunjungi objek-objek
yang perlu diketahui peserta didik (Slameto, 2010). Selain itu pendidik
memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, seperti yang
dikemukakan oleh Adams dan
Dickey bahwa peran pendidik sesungguhnya sangat luas, meliputi:
a) Pendidik
sebagai pengajar
Pendidik
bertugas memberikan pengajaran di dalam kelas.Dengan menyampaikan pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua
pengetahuan yang telah disampaikan. Selain itu pendidik harus berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan,
kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya terhadap
peserta didik melalui
pengajaran yang diberikan.
b) Pendidik
sebagai pembimbing
Pendidik
berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu
menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal dirinya
sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Pendidik perlu memahami
dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individual, teknik
mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian, psikologi
kepribadian, dan psikologi belajar.
c) Pendidik
sebagai pemimpin
Pendidik
berkewajiban mengadakan supervisi atas kegiatan belajar peserta didik,
dengan membuat rencana
pengajaran bagi kelasnya; mengadakan
manajemen belajar sebaik-baiknya; melakukan manajemen kelas;
mengatur disiplin kelas
secara demokratis. Pendidik juga harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik, seperti hubungan sosial,
kemampuan berkomunikasi, ketenagaan, ketabahan, humor, tegas, dan bijaksana.
d) Pendidik
sebagai ilmuwan
Pendidik
dipandang sebagai orang yang berpengetahuan. Pendidik bukan saja
berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik,
tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus-menerus
memupuk pengetahuan yang telah dimilikinya.
e) Pendidik
sebagai pribadi
Sebagai
pribadi,
setiap pendidik harus
memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh peserta didiknya, oleh orang tua, dan
oleh masyarakat. Sifat-sifat itu sangat diperlukan agar pendidik dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.
f) Pendidik
sebagai penghubung
Sekolah
berdiri diantara dua kewajiban, yakni kewajiban untuk mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu,
teknologi, dan kebudayaan yang terus menerus berkembang, dan keajiban
untuk menampung aspirasi,
masalah, kebutuhan, minat,
dan tuntutan masyarakat. Di antara kedua kewajiban tersebut disinilah pendidik memegang peranannya sebagai pelaksana.
g) Pendidik
sebagai pembaharu
Pendidik
memegang peranan sebagai pembaharu, oleh karena melalui kegiatan pendidik
penyampaian ilmu dan teknologi, contoh-contoh yang baik dan lain-lain maka akan
menanamkan jiwa pembaruan di kalangan peserta didik.
h) Pendidik
sebagai pembangunan
Sekolah
turut serta memperbaiki masyarakat dengan jalan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat dan dengan turut melakukan kegiatan-kegiatan
pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat itu. Pendidik baik secara
pribadi dan professional dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk
membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat.
4. Kurikulum
Menurut Sujarwo
(2012: 7) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana kegiatan
pembelajaran yang berisi tujuan, materi pembelajaran, pembelajaran
(metode/strategi), dan penilaian dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kurikulum dipandang sebagai semua pengalaman belajar yang diberikan pendidik
kepada peserta didik selama mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan,
atau segala usaha lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Materi pembelajaran di dalam kurikulum
diartikan sebagai bahan yang hendak diajarkan kepada peserta didik, dengan kata
lain materi pembelajaran merupakan bahan ajar yang terdiri dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dipelajari peserta didik sesuai dengan
standard kompetensi yang telah ditetapkan.
5. Strategi
Strategi dapat diartikan sebagai
pokok-pokok yang menjadi acuan untuk bertindak mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Strategi menjadi komponen pembelajaran yang memiliki arti suatu
rencana kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam usaha mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Sujarwo
(2012: 7-8) strategi merupakan suatu penataan mengenai cara mengelola,
mengorganisasi dan menyampaikan sejumlah materi pembelajaran untuk dapat
mewujudkan tujuan pembelajaran, sedangkan pembelajaran merupakan pengaturan
informasi dan lingkungan sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya
proses belajar pada diri peserta didik. Strategi
pembelajaran dimaknai sebagai suatu strategi dalam mengelola secara sistematis
kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik dapat mencapai isi pelajaran atau
mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Dick, Carey & Carey (2003: 1)
menyebutkan lima komponen umum dari strategi instruksional sebagai berikut :
1) kegiatan pra
instruksional ;
2) penyajian
informasi ;
3) partisipasi
peserta didik ;
4) tes ; dan
5) tindak
lanjut.
Strategi pembelajaran pada dasarnya
harus menjadi kemampuan pendidik. Pendidik harus mampu merancang dan menerapkan
strategi pembelajaran yang dirasa efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
pembelajarandengan melihat pada aspek kesesuian pembelajaran yang akan
dilaksanakan dengan acuan kurikulum dan keterlibatan peserta didik.
6. Media Pembelajaran
Media merupakan suatu alat, benda atau
seperangkat komponen yang dapat digunakan sebagai sarana dalam menyampaikan
informasi, pesan ataupun suatu hal sehingga informasi atau pesan tersebut dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan, yang pada intinya media berperan
dalam mempermudah pekerjaan manusia. Menurut Gagne dan Briggs (Arsyad, 2011:
4-5) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang
secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri
antara lain buku, tape recorder,
kaset video, film, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain,
media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Sedangkan menurut Sujarwo (2012: 10) mengatakan bahwa media dimaknai sebagai
segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan peserta
didik, sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri
peserta didik. Media pembelajaran meliputi; media cetak meliputi : gambar,
sketsa, kartun, diagram, chart,
grafik, poster, dan media elektronik meliputi : audio seperti: a) radio, tape, b) visual seperti: film, slide, film strip, film loop, epidioskop OHP, c) audio visual seperti:
televisi, film suara. radio vision, slide
suara, tape dan film suara.
7. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu
proses atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berkelanjutan dan
dilakukan secara menyeluruh dengan tujuan penjaminan, pengendalian dan
penetapan kualitas (nilai, makna dan arti) atas berbagai komponen pembelajaran
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Dalam Permen No. 41 tahun 2007
tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan
untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap
perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian
hasil pembelajaran. Menurut Sujarwo (2012: 10-11) evaluasi berasal dari bahasa
Inggris yang berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian
istilah evaluasi adalah suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Semua
komponen dalam sistem pengajaran saling berhubungan dan saling mempengaruhi
untuk mencapai tujuan pengajaran. Pada dasarnya, proses pengajaran dapat
terselenggara secara lancar, efisien, dan efektif berkat adanya interaksi yang
positif, konstruktif, dan produktif antara berbagai komponen yang terkandung di
dalam sistem pengajaran tersebut.
2.4
Pengertian
Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Prinsip – prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu
diketahui oleh seorang pengajar, dengan memahami prinsip – prinsip
pembelajaran, seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam pembelajaran.
Sehingga kegiatan pembelajaran akan berjalan lebih efektif serta dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Prinsip – prinsip pembelajaran yang perlu
diketahui adalah :
1. Perhatian
dan Motivasi
Dalam proses pembelajaran, perhatian memliliki peranan yang sangat penting
sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Perhatian
dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang diberikan;
melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada
masalah yang harus diselesaikan. Sedangkan Motivasi
berhubungan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada
suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhadap mata
pelajaran tersebut yang akan menimbulkan motivasi lebih tinggi dalam belajar. Selain
itu motivasi merupakan salah satu tujuan dan alat dalam mengajar. Guru berharap
bahwa siswa tertarik pada kegiatan intelektual dan estetik setelah kegiatan
belajar dan mengajar berakhir. Sebagai alat motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya
intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan
belajar siswa dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
2.
Prinsip Keaktifan
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif seseorang dalam melakukan
kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadikegiatan merespon
terhadap setiap pembelajaran.
3.
Prinsip Keterlibatan
Langsung / Pengalaman
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus
terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan belajar
harus melibatkan diri terjun mengalami.
4.
Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan
dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang
dikemukakan oleh Edward L. Thorndike (1974-1949) tentang Law of Learning, yaitu “Law
of effect, Law of exercise, and Law of readiness”
5.
Prinsip Tantangan
Implikasi lain dari adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi
yang menantang, seperti yang mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa
akan tertantang untuk mempelajarinya. Dengan kata lain pembelajaran yang
memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep,
prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut.
6.
Prinsip Balikan dan
Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan
berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan segera diperoleh siswa
setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelajaran yang
menantang, seperti tanya jawab, diskusi,eksperimen, metode penemuan dan yang
sejenisnya akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih rajin dan
bersemangat.
7.
Prinsip Perbedaan
Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi
pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun
psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap
siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan
selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan siswa itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hal yang harus disadari saat ini adalah
pentingnya belajar konsep tentang sesuatu. Konsep yang dimaksud disini tidak
lain dari kategori-kategori yang kita berikan dari stimulus atau rangsangan
yang ada di lingkungan kita. Konsep yang ada di dalam struktur kognitif
individu merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh. Jika keadaannya
demikian, sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses
belajar yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi pondasi (building blocks) dalam struktur berpikir
individu. Konsep inilah yang dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan
masalah, mengetahui aturan aturan yang relevan, dan hal-hal lain yang ada
keterkaitannya dengan apa yang harus dilakukan oleh individu.
Pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang terjadi antara pe belajar dengan lingkungan
belajarnya, baik itu dengan pendidik, teman-temannya,
tutor, media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan
ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen
pembelajaran itu sendiri. Di dalam pembelajaran
akan terdapat komponen-komponen sebagai berikut : tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik , bahan atau materi
pelajaran, pendekatan dan metode, media atau alat, sumber belajar serta,
evaluasi. Semua komponen tersebut saling terkait atau berhubungan untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Komponen-komponen
pembelajaran tersebut sebagai suatu sistem yang utuh dan saling mendukung satu
sama lain.
3.2 Saran
|
Di dalam penulisan
makalah ini sangat banyak sekali yang harus di perhatikan contohnya di dalam
dunia pendidikan seharusnya terapan yang harus di perhatikan adalah yang
pertama itu adalah program pendidikan, karena di sinilah kita dapat mengetahui
apa yang harus di lakukan oleh setiap sekolah sudah menerapkan suatu program
pendidikan yang baik agar tujuannya untuk mendapatkan kualitas peserta didik
yang baik dan mempunyai nilai saing dalm dunia pendidikan.
Kami sangat mengharapkan dari berbagai pihak
untuk memberikan support atau partisipasinya agar dunia pendidikan akan terus
berjalan seiring dengan waktu saat ini dalam mengejar ilmu pengetahuan yang
rasional. Peran pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang bermoral
dan berilmu tinggi sangat di harapakan oleh masyarakat pada umumnya.
DAFTAR
RUJUKAN
Arrash. 2011. Konsep Dasar Pembelajaran.(http:// arassh.wordpress.com). diakses 5 September 2013.
Arsyad, Azhar. 2011. Media
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. 2003. The
Systemic Design of Instruction. New York : Harper Collins Publisher Inc.
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain.
2010. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati,dkk. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Glendomi. 2012. Komponen-Komponen Pembelajaran,(Online), (http://www.glendomi.com/2012/10/komponen-komponen-pembelajaran_3.html), diakses 5 September 2013.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hermawan, A.H dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan. 2009.
Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Bandung: Fokus Media
Ihromi.TO.1981. Pokok-pokok
Antropologi Budaya. Jakarta : Graniedia.
Indry.
2013. Komponen-Komponen Pembelajaran,
(Online), (http://indrycanthiq.blogspot.com/2013/04/komponen-komponen-pembelajaran-konsep.html),
diakses 5 September 2013.
Koentjaraningrat. 1980.
Masyarakat Desa di Indonesia Masa Kini.Y.B.P.FE.UI
Jakarta.
Kosasih Jahiri, dkk. 1979.
Pengajaran Studi Sosial/IPS, LPPP
-IPS, FKIS –IMP Bandung.
Peraturan Menteri No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.
Poerwito. 1991/1992. Ilmu
Pengetahuan Sosial. Malang : Departemen P dan K, Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah P3G IPS dan PMP.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Siswoyo, Dwi, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta Press.
Soeijono Soekanto.1964. Setangkai Bunga Sosiologi.
FE, UI Jakarta.
Soekarlan, Endang. 1969. Pedagogik
Umum. Yogyakarta: FIP IKIP
Yogyakarta.
Soelaimen, M. Munandar 1986, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu
Sosial, Bandung : Eresco.
Soemardi.S.1983. Pengantar Sosiologi.
FE.UI, Jakarta.
Sujarwo. 2012. Model-model
Pembelajaran: suatu strategi mengajar. Yogyakarta
Susilo, H. 1995. Pengantar Pendidikan Lingkungan, PKPKLH
Malang.
Selo Soemardjan.1982. Sosiologi Pengantar.
Rajawali-Jakarta.
Taneo, S. 2005. Bahan Ajar Materi dan Pembelajaran IPS SD, FKIP Undana – Kupang.
Thamrin Thalut & Abduh M. 1980. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta
: P3G Departemen P dan K.
Tim
Pengembang MKOP. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Tukidi B. 1992. Materi Ilmu
Pengetahuan Sosial PGSD, FTP IKIP – Jogyakata.
Vilila. 2010. Konsep dasar Pembelajaran, (Online), (http://www.vilila.com/2010/03/bab-1-konsep-dasar-pembelajaran.html#ixzz1qiknXlNt), diakses 5 September 2013.
Wawan,Haris. 2012. Konsep Dasar Pembelajaran, (Online), (http://wawanhariskurnia.blogspot.com/2012/12/konsep-dasar-pembelajaran.html), diakses 5 September 2013.
No comments:
Post a Comment