BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sungguh beruntunglah kita karena diciptakan oleh Allah SWT
sebagai seorang manusia. Kita diciptakan sempurna dengan bentuk tubuh yang
lengkap dan juga diberikan akal fikiran yang membuat manusia beda dengan
makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya.
Sebagai manusia, kita mempunyai
hakikat dalam menjalani kehidupan kita didunia ini. Adapun hakikat dari
kehidupan manusia yaitu makhluk, mulia, mempunyai beban, bebas, dan mendapatkan
pembalasan.
Sehebat-hebat
kita, kita hanyalah makhluk ciptaan Allah SWT yang lemah. Kita hanyalah makhluk
yang tidak dapat berjalan sendiri tanpa pertolongan dari Allah SWT. Oleh karena
itu, sudah sepantasnyalah dalam menjalani kehidupan ini, kita harus meminta
pertolongan dari Allah SWT sebagai penguasa kehidupan yang kita jalani saat
ini.
Walaupun sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT, manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT berbeda
dari makhluk lainnya. Allah SWT menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia
karena diberikan akal fikirian kepadanya dengan tujuan agar manusia bisa
menggunakan akal fikiran tersebut guna menjadi manusia yang taan kepada Allah
SWT sebagai sang pencipta.
Sebagai makhluk yang mulia, manusia
juga diberikan beban oleh Allah SWT. Allah SWT memberikan beban kepada manusia
untuk menjadi perwakilan Allah SWT di bumi guna mengelola kekayaan bumi ini
untuk kemakmuran manusia itu sendiri dan juga kemakmuran makhluk-makhluk
ciptaan Allah SWT yang lainnya.
1.2
Rumusan
Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam mengkaji teori ini adalah :
1. Bagaimana
hakikat manusia ?
2. Bagaimanakah
dimensi hakikat manusia ?
3. Apa
saja jenis–jenis hakikat manusia ?
4. Bagaimanakah
karakteristik manusia ?
1.3
Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat kita ketahui tujuan dari kajian ini
adalah :
1. Untuk
mengetahui hakikat manusia.
2. Untuk
mengetahui dimensi hakikat manusia.
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis manusia.
4. Untuk
mengetahui karakteristik manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
HAKIKAT MANUSIA
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna diantara yang lainnya karena kita dikaruniai akal, pikiran dan
perasaan oleh Tuhan. Maka akan
selalu memilih yang terbaik diantara yang dapat diambil.
Hakikat manusia juga memiliki banyak
arti, yaitu
a. Makhluk yang memiliki tenaga
dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat
rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan
yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi
berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan
dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik untuk ditempati
- Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
- Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
- Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Kewajiban dan
hak, merupakan indikator bahwa
manusia sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan, hak dimaknai
sebagai sesuatu yang menyenangkan, sedangkan kewajiban dimaknai sebagai beban.
Tapi menurut (Drijar Kara, 1978) kewajiban bukan beban, tetapi keniscayaan
sebagai manusia, mengenal berarti mengingkari kemanusiaan, sebaliknya
melaksanakan kewajiban berarti kebaikan. Pemenuhan akan hak dan pelaksanaan
kewajiban berkaitan erat dengan keadilan, dapat dikatakan kedilan terwujud bila
hak sejalan dengan kewajiban. Kemampuan menghayati kewajiban sebagai
keniscayaan tidak lahir dengan sendirinya, tetapi melalui suatu proses
pendidikan (disiplin).
Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam
semesta. Asal usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari
teori tentang spesies lain yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi.
Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat
kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu : Pertama, tingkat pra manusia
yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1942 yang
dinamakan fosil Australopithecus. Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya
ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut. pithecanthropus erectus.
Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang
sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo walaupun spesiesnya dibedakan.
Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan
kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis). Keempat, manusia modern atau
Homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.
Hakikat
manusia terdiri atas aspek – aspek, sebagai berikut:
1. MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK TUHAN
Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan
penyadaran diri (self – awarness). Karena itu, manusia adalah subjek yang
menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinyadengan segala sesuatu yang
ada di luar dirinya (objek) selain itu, manusia bukan saja mampu berpikir
tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentang pemikirannya.
Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaanya dengan alam bahwa dalam konteks
keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian daripadanya.
Manusia berkedudukan sebagai makhluk tuhan YME maka dalam pengalaman
hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sebdiri adanya fenomena kemakhlukan (M.I.
Soelaeman, 1998). Fenomena kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas
kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada tuhannya.
Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha
Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding
tuhannya Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan
Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat Abadi,
manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya.
Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap tuhannya.
Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan
karena TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah kesedian manusia
untuk bersujud dan berserah diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan
Maha Kasih SayangNya Sang Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan
berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula
adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam
hidupnya.
2. MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
Sebagaimana Anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan dirinya
sendiri. Kesadaran manusian akan dirinya sendiri merupakan perwujudan
individualitas manusia. Manusia sebagai individu atau pribadi merupakan
kenyataan yang paling riil dalam kesadaran manusia. Sebagai individu, manusia
adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia
lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan subjek yang otonom.
Setiap manusia mempunya dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri.
Masing-masing secara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin menjadi
dirinya sendiri atau bebas bercita – cita untuk menjadi seseorang tertentudan
masing – masing mampu menyatakan “inilah aku” ditengah segala yang ada. Setiap
manusia mampu mengambil distansi, menempati posisi, berhadapan, menghadapi,
memasuki, memikirkan, bebas mengambil sikap, dan bebas mengambil tindakan atas
tanggung jawabnya sendiri atau otonom. Karena itu, manusia adalah subjek dan
tidak sebagai objek.
3. MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Manusia adalah makhluk individual, namun demikian ia tidak hidup
sendirian, tak mungkin hidup sendirian, dan tidak pula hidup untuk dirinya
sendiri. Manusia hidup dalam keterpautan dengan sesamanya. Dalam hidup bersama
dalam sesamanya (bernasyarakat) setiap individu menempati kedudukan (status)
tertentu. Disamping itu, setiap individu mempunyai dunia dan tujuan hidupnya
masing-masing, mereka juga mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama
dengan sesamanya. Selain dengan adanya kesadaran diri, terdapat pula kesadaran
sosial pada manusia. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat
mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut manusia
sebagai makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat.
Setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan pengaruh
timbal balik antara individu dengan sesamanya maka idiealnya situasi hubungan
antara individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan anatara subjek
dengan objek, melainkan subjek dengan subjek.
4. MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA
Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan,
hidup berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bukan sesuatu yang ada diluar
manusia, bahkan hakikatnya meluputi perbuatan manusia itu sendiri. Manusia
tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena
dan bersama kebudayaannya (C.A. Vanpeursen,1957). Sejalan dengan ini Ernt
Cassirer menegaskan bahwa “manusia tidak menjadi manusia karena sebuah factor
didalam dirinya, misalnya naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya,
yaitu pekerjaannya, kebudayaanya. Demikianlah kebudayaan termasuk hakikat
manusia” (C.A. Vanpeursen, 1988).
Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika pada
diri manusia mengimplikasiakn adanya perubahan dan pembaharuan kebudayaan. Hal
ini tentu saja didukung pula oleh pengaruh kebudayaan masyarakat atau bangsa
lain terhadap kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, mengingat
adanya dampak positif dan negative dari kebudayaan terhadap manusia, masyarakat
kadang-kadang terombang ambing diantara 2 relasi kecenderungan. Disatu pihak
ada yang mau melestarikan bentuk lama (tradisi), sedang yang lain terdorong
untuk menciptkan hal-hal yang baru (inovasi).
5. MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK SUSILA
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan
bahwa manusia sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai potensi dan
kemampuan untuk berpikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab, serta punya
potensi untuk berbuat baik. Karna itulah, eksistensi manusia memiliki aspek
kesusilaan.
Sebagai makhluk yan otonom atau memiliki
kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada suatu alternative tindakan yang harus
dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan
norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya. Karena
manusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secara otonom
maka selalu ada penilaian moral atau tuntunan pertanggung jawaban atas
perbuatannya.
6.
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERAGAMA
Aspek
keberagaman merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam rentan waktu
(dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rintang geografis dimana manusia
berada. Keberagaman menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh
atas suatu agama.
Dilain
pihak, Tuhanpun telah menurunkan wahyu melalui utusan-utusanNya, dan telah
menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan manusia agar manusia
beriman dan bertaqwa kepadaNya. Manusia hidup beragama karena agama menyangkut
masalah-masalah yanag bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagaman akan tampak
dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Hal ini baik
berkenaan dengan sistem keyakinannya, system peribadatan maupun berkenaan
dengan pelaksanaan tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhannya,
hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam.
2.2 DIMENSI HAKIKAT MANUSIA
Dimensi
dalam bahasa latinnya adalah dimensio merupakan ukuran. Manusia memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
hewan, manusia juga memiiki dimensi yang bersifat unik, potensial, dan dinamis.
Ada 4 (empat) macam dimensi manusia:
1. Dimensi Individual
Sebagai mahkluk individu, manusia bersifat unik dan
khas karena tidak ada manusia yang sama persis. Walaupun ada yang mirip, belum
tentu sifatnya sama.
2. Dimensi Religius
Sebagai
mahkluk religius, manusia mengakui adanya kekuatan lain di luar diri manusia
yang sifatnya supranatural, yang secara umum disebut Tuhan.
3. Dimensi Kesosialan
Manusia disamping sebagai mahluk individual, dia
juga mahluk sosial. Socrates mengatakan manusia adalah “Zoon
Politicon” (Mahluk/hewan yang bermasyarakat). Dimensi kesosialan pada manusia tampak
jelas pada dorongan untuk bergaul manusia tidak dapat hidup
seorang diri (terisolir). Manusia hanya akan menjadi manusia jika
berada di antara manusia. Individualitas manusia terbentuk melalui
proses interaksi (pendidikan)
4.
Dimensi Kesusilaan
Sebagai
mahkluk susila, manusia akan memunculkan suatu nilai untuk membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk dalam hubungannya dengan manusia
yang lainnya.
Pengembangan Dimensi
Hakekat Manusia
1. Pengembangan yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakekat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakekat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidkan yang disediakan untuk memberikan pelayanan.
Pengembangan dimensi hakekat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap pembinaan dimensi hakekat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras.Perkembangan yang dimaksud mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang mnciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian secara totalitas membentuk manusia yang utuh.
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terdapat dimensi hakekat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakekat manusia yang terabaikan untuk ditangani,misalnya dimensi kesosilaan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domian afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap.pengembangan yang semacam ini merupakan pengembangan yang patologis
Jika
dalam mengembangkan dimensi manusia yang baik ada yang terabaikan, maka manusia itu akan memiliki kepribadian yang tidak
mantap.
2.3 JENIS – JENIS HAKIKAT MANUSIA
Jenis -
jenis hakikat manusia sebagai berikut:
1.
Kodrat adalah sesutau yang tidak bisa
dirubah atau sifat pembawaan alamiah yang terjelma dalam diri manusia itu ketika
diciptakan oleh tuhan.
2.
Harkat adalah nilai manusia sebagai mahluk
tuhan yang di bekali cipta,rasa,karsa dan hak-hak serta kewajiban assasi manusia.
3.
Martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan
dan kedudukan yang terhormat
4.
Hak assasi adalah sesuatu atau sebuah anugrah
yang diberikan oleh tuhan kepada umatnya dari kita lahir.
5.
kewajiban manusia terhadap Tuhan
yang Maha Esa
yaitu: a) menganut agama, b) beribadah kepada tuhan, c) menunaikan tugas
yang di perintah oleh tuhan dan menjauhi larangannya.
6.
kewajiban manusia terhadap diri
sendiri yaitu: a) menjaga
diri sendiri baik fisik maupun mental, b) menjaga nama baik sendiri, c) mengembangkan potensi yang ada pada diri
kita sendiri.
7.
kewajiban manusia terhadap sesama
mahluk hidup
yaitu: a) saling membantu satu sama lain (siamotutiprateli), b) toleransi
terhadap orang lain, c) saling menghargai satu sama lain, d) intinya kita semua
saudara
8.
kewajiban manusia terhadap negara
dan bangsa yaitu: a)
membentuk karakter atau diri individu berdasarkan pancasila, b) kesadaran diri
wajib bela negara atau bangsa, c) mengabdi kepada manusia sesuai propesi, d)
mengikuti pendidikan kewarganegaraan.
2.4
KARAKTERISTIK MANUSIA
Karakter
manusia dapat di bedakan menjadi 4 karakteristik, yaitu
1. Psikoanalisis,
2. Behavioristik,
3. Kognitif,
4. Humanistic.
Psikoanalisis merupakan
suatu aliran psikologi dimana individu ini dipengaruhi oleh 3 subsistem yang
mengarahkannya untuk bertindak, salah satu tokoh yang bernama siegmun freud
menggambarkan tentang 3 subsistem tersebut yakni id, ego dan super ego. Id
merupakan subsistem yang ada sejak manusia itu dilahirkan, id ini yang
mendorong agar individu tersebut bertindak namun dari alam yang tidak sadar
ibarat gunung es yang mengambang itu yang kelihatan di permukaan hanyalah ujung
gunung yang sedikit, jadi id ini berada di bawah permukaan yakni alam tidak
sadar. Sifat-sifat ini dapat di contohkan dengan sikap egois, bicara yang tidak
sopan dan lain sebagainya, id ini tidak bisa membedakan mana yang baik, benar,
salah, moral atau tidak bermoral. Subsistem yang berikutnya adalah ego
yakni subsistem yang menjembatani id, jadi ego ini menahan id agar tidak sampai
melakukan hal-hal yang yang dirasa perlu dipikirkan lebih dahulu. Misalkan
sesorang yang terserempet mobil, tanpa sadar dia telah mengumpat dan berbicara kasar
terhadap yang telah menyerempet namun, ketika melihat orang tersebut ternyata
orang itu pernah membantunya pada waktu pasti orang tersebut akan
berpikir-pikir dulu akan akan melakukan hal-hal yang telag diprogram oleh id.
Ego ini menahan tindakan-tindakan tersebut. Super ego yakni subsistem
yang mengawasi dan mengontrol jalannya id dan ego sehingga tidak semata-mata
seorang tersebut harus langsung melakukan tindakan-tindakan bawah alam sadar
mereka. Tindakan tersebut dapat dikontrol dengan superego ini. Manusia pasti
merasakan proses ketiga subsistem tersebut dari id ke ego dan sampai ke
superego.
Behavioristik merupakan aliran
psikologi dimana seseorang dipengarhi oleh lingkungan, manusia dalam aliran ini
dinamakan dengan homo mechanicus yaitu manusia mesin. Yakni manusia yang di
gerakkan oleh mesin, dia mau bergerak ketika sudah diprogram dan di suruh untuk
bergerak. Pengaruh lingkungan sangat besar jadi seseorang tersebut langsung
terpengaruh dengan apa yang terjadi pada saat itu dan langsung memberikan
rangsangan. Bisa di contohkan seorang anak dapat di bentuk karakternya menjadi
penakut bila anak tersebut ditakut-takuti, anak tersebut langsung memberikan
respon dari apa yang telah diketahuinya.
Kognitif
yakni aliran psikologi dimana manusia tersebut masih menggunakan pikirannya
untuk merenung dan berpikir kembali apa yang telah diterimanya, jadi individu
tersebut tidak langsung melakukan respon namun di telaah terlebih dahulu dan di
cari sebabnya mengapa bisa begitu. Kalau behavioristik jika individu itu di
takut-takuti maka akan langsung takut berbeda dengan kognitif, dia akan mencari
tahu kenapa hal tersebut perlu di takuti sehingga ibarat komputer setelah data
itu masuk maka akan di proses dahulu sebelum data itu akan keluar sebagai
output.
Humanistic merupakan aliran psikologi
yang memanusiakan manusia maksudnya aliran ini meyakinkan manusia tersebut bahwa
dalam dirinya itu terdapat potensi, kretivitas dan kemampuan sehingga individu
tersebut dapat bertanggung jawab atas dirinya.
Tidak semua individu memiliki keempat
kerakteristik tersebut, karena karakteristik tersbut sifatnya labil dan
berubah-ubah tidak mungkin tetap, dimisalkan saja untuk hari ini bisa jadi
individu tersebut humanistic dan hari kemarin bisa juga kognitif, jadi tidak
bisa diklaim yang mana karakteristik orang tersebut Cuma dapat dibaca ketika
individu tersebut bertindak.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manusia
pada hakikatnya adalah mahluk yang selalu belajar dan dipelajari . Sifat hakekat manusia menjadi bidang kajian
filsafat, khusnya filsafat
antrofologi. hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekadar soal peraktek
melainkan peraktek yang berlandaskan dan bertujuan.
Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif. Besifat filosofis karena
untuk mendapatkan landasan yang kukuh
diperlukan adanya kajian yang bersifat
mendasar, sistematis dan universal
tentang ciri hakiki manusia. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia
memiliki ciri khas yang secara prinsipiil
berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu
dari apa yang disebut sifat hakikat manusia.
Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak
terdapat pada hewan.
Oleh karena itu, sangat strategis jika pembahasan tentang hakekat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, Bersifat normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur,dan hal itu menjadi keharusan. Manusia juga merupakan suatu pribadi yang selalu mencari tau tentang apa yang belum diketahuinya.
Oleh karena itu, sangat strategis jika pembahasan tentang hakekat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, Bersifat normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur,dan hal itu menjadi keharusan. Manusia juga merupakan suatu pribadi yang selalu mencari tau tentang apa yang belum diketahuinya.
DAFTAR
RUJUKAN
Wahyudin,
dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas terbuka
Terima kasih. July 26, 2015 at 9:25 PM
ReplyDeleteHakikat pendidikan seperti apa yg harus d ajarkan kepada seorang anak
ReplyDelete