Thursday, August 4, 2016

POLA PEMBELAJARAN DAN KULTURASI NILAI KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

POLA PEMBELAJARAN DAN KULTURASI NILAI KARAKTER
DI SEKOLAH DASAR

Fenomena degradasi moral yang terjadi belakangan ini, seperti kasus pelecehan seksual, pembunuhan, dan korupsi telah merajalela di berbagai lapisan masyarakat. Bahkan pelakunya adalah anak di bawah umur.  Kasus-kasus itu menunjukkan penurunan nilai karakter dan moral pada masyarakat kita. Pendidikan sebagai bagian masyarakat tentunya memiliki andil dalam menyumbang permasalahan di atas, walaupun tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari pendidikan saja melainkan banyak pihak yang harus bertanggung jawab. Lantas, salah urus apa yang terjadi dalam pendidikan kita?
Pendapat Prof. Sa’dun Akbar, M.Pd (Baca buku instrumen perangkat pembelajaran) yang berasal dari riset tentang pendidikan kita patut dijadikan rujukan. Beliau menemukan bahwa pendidikan yang ada (dalam hal ini pembelajaran yang terjadi di sekolah) lebih mengedepankan aspek kognitif, daripada aspek konasi dan afektif. Padahal seharusnya pendidikan mengembangkan segala aspek, baik kognitif, psikomotor, maupun afektif secara terpadu. Hal tersebut sesuai tujuan pendidikan kita yang tertuang dalam UU Sisdiknas Pasal 3, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, salah satu jenjang pendidikan yang berfungsi mencetak fondasinya adalah sekolah dasar. Sebagai bagian dari pencetak fondasi dalam pendidikan formal, sekolah dasar menempatkan dirinya sebagai jenjang pendidikan yang pertama dan paling utama. Oleh karena itu, sekolah dasar memiliki andil yang cukup besar dalam menumbuhkembangkan potensi siswa, baik dalam aspek kognitif, psikomotor, dan afektif secara terpadu dan menyeluruh. Sehingga siswa tersebut menjadi siswa yang cerdas, terampil, dan memiliki karakter yang baik.
Salah satu jalan mencetak siswa yang cerdas, terampil, dan berkarakter yaitu dengan membumikan pola pembelajaran nilai-nilai karakter dan kulturasi nilai moral di sekolah dasar. Pola pembelajaran nilai karakter dan kulturasi nilai moral yang dimaksud yaitu suatu gaya pengorganisasian pembelajaran yang tersistem secara terpadu dalam sistem kelas dan sekolah. Dengan pemolaan itu maka sekolah berubah sebagai surga penanaman nilai karakter. Nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai-nilai karakter itu nantinya dipadukan dalam sistem kelas dan sistem persekolahan. Pertama, dalam sistem kelas, yaitu dengan jalan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam sistem lingkungan pembelajaran dengan guru sebagai perancang, pelaksana, dan yang melakukan evaluasi. Membumikan nilai karakter melalui sistem lingkungan pembelajaran yaitu melalui tujuan yang ingin dicapai, bahan atau isi atau materi ajar, guru dan siswa, strategi dan metode pembelajaran, sumber dan media belajar, pengorganisasian kelas, sarana, dan prasarana, serta penilaian dan tindak lanjut, yang semuanya itu tentu terarahkan kepada pencapaian pesan-pesan kurikulum.
Dalam hal tujuan yang ingin dicapai, guru menyusun tujuan yang dicapai dengan mengintegrasikan nilai karakter dan mengembangkan tujuan pembelajaran yang bersifat afektif. Dalam hal bahan atau isi atau materi ajar, guru perlu menggali bahan yang memperkuat nilai-nilai karakter dan meminimalisir pengaruh karakter yang buruk. Dalam hal guru dan siswa, guru perlu menjadi teladan bagi siswa dengan selalu berbuat baik. Dalam hal strategi dan metode pembelajaran, guru perlu memilih strategi yang cocok dengan materi ajar yang memungkinkan siswa terangsang untuk belajar dan mengembangkan keterampilan serta karakter baiknya. Dalam hal sumber dan media, guru perlu memilih dan mimilah sumber dan media mana yang telah mengintegrasikan nilai karakter dan sesuai dengan perkembangan siswa. Dalam hal pengorganisasian kelas, guru perlu melakukan variasi gaya belajar dan pembelajaran. Dalam hal sarana dan prasarana, guru perlu melakukan penataan dan pemanfaatan tata ruang yang baik yang merangsang siswa belajar. Dan dalam hal evaluasi, guru perlu melakukan evaluasi baik kriteria maupun norma sesuai tujuan yang telah dibuat. Pengintegrasian nilai karakternya berada pada isi (content) dan implementasi belajarnya.
Kedua, dalam sistem sekolah, yaitu dengan jalan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam pola kulturasi nilai moral. Membumikan nilai moral melalui kulturasi (pembiasaan) yaitu melalui budaya sekolah, yang mengarah pada pencapaian pesan undang-undang sistem pendidikan nasional. Pengembangan yang dapat dilakukan antara lain dengan menyediakan berbagai fasilitas fisik dan psikis yang menunjang nilai karakter, misalnya adanya mushola untuk nilai religius, kantin kejujuran untuk nilai jujur, dan hutan buatan untuk nilai karakter peduli lingkungan. Budaya sekolah disini juga termasuk dalam hal pengelolaan berbagai standar pendidikan.

Pembelajaran nilai karakter dan kulturasi nilai moral seperti di atas tidak akan terwujud secara maksimal jika tidak ada kesinkronan antar lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan atau yang disebut “tripusat pendidikan” yang terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat yang perlu saling menjembatani. Jika sekolah telah membumikan pola pembelajaran nilai karakter dan kulturasi nilai moral, namun di lingkungan keluarga dan masyarakat tidak menciptakan iklim berkarakter dan bermoral, maka mustahil cita-cita manusia yang cerdas, terampil, dan berkarakter baik akan terwujud. Maukah kita peduli pada pendidikan anak-anak kita untuk membuat Indonesia bangkit? Sungguh ini jalan yang tak mudah! Tapi inilah saatnya mengembalikan marwah pendidikan ke arah budi pekerti.

Artikel opini saya ini dimuat dalam harian Malang Post pada tanggal 25 Mei 2016 (http://malang-post.com/netizen/opini/pola-pembelajaran-dan-kulturasi-nilai-karakter-di-sd)