POLA PEMBELAJARAN DAN
KULTURASI NILAI KARAKTER
DI SEKOLAH DASAR
Fenomena degradasi moral yang terjadi belakangan
ini, seperti kasus pelecehan seksual, pembunuhan, dan korupsi telah merajalela
di berbagai lapisan masyarakat. Bahkan pelakunya adalah anak di bawah
umur. Kasus-kasus itu menunjukkan penurunan
nilai karakter dan moral pada masyarakat kita. Pendidikan sebagai bagian
masyarakat tentunya memiliki andil dalam menyumbang permasalahan di atas,
walaupun tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari pendidikan saja melainkan
banyak pihak yang harus bertanggung jawab. Lantas, salah urus apa yang terjadi
dalam pendidikan kita?
Pendapat Prof. Sa’dun Akbar, M.Pd (Baca buku
instrumen perangkat pembelajaran) yang berasal dari riset tentang pendidikan kita
patut dijadikan rujukan. Beliau menemukan bahwa pendidikan yang ada (dalam hal
ini pembelajaran yang terjadi di sekolah) lebih mengedepankan aspek kognitif,
daripada aspek konasi dan afektif. Padahal seharusnya pendidikan mengembangkan
segala aspek, baik kognitif, psikomotor, maupun afektif secara terpadu. Hal
tersebut sesuai tujuan pendidikan kita yang tertuang dalam UU Sisdiknas Pasal
3, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, salah
satu jenjang pendidikan yang berfungsi mencetak fondasinya adalah sekolah
dasar. Sebagai bagian dari pencetak fondasi dalam pendidikan formal, sekolah
dasar menempatkan dirinya sebagai jenjang pendidikan yang pertama dan paling
utama. Oleh karena itu, sekolah dasar memiliki andil yang cukup besar dalam
menumbuhkembangkan potensi siswa, baik dalam aspek kognitif, psikomotor, dan
afektif secara terpadu dan menyeluruh. Sehingga siswa tersebut menjadi siswa
yang cerdas, terampil, dan memiliki karakter yang baik.
Salah satu jalan mencetak siswa yang cerdas, terampil,
dan berkarakter yaitu dengan membumikan pola pembelajaran nilai-nilai karakter
dan kulturasi nilai moral di sekolah dasar. Pola pembelajaran nilai karakter
dan kulturasi nilai moral yang dimaksud yaitu suatu gaya pengorganisasian
pembelajaran yang tersistem secara terpadu dalam sistem kelas dan sekolah.
Dengan pemolaan itu maka sekolah berubah sebagai surga penanaman nilai
karakter. Nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan yaitu religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli
lingkungan, dan tanggung jawab.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai-nilai
karakter itu nantinya dipadukan dalam sistem kelas dan sistem persekolahan. Pertama, dalam sistem kelas, yaitu
dengan jalan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam sistem lingkungan
pembelajaran dengan guru sebagai perancang, pelaksana, dan yang melakukan
evaluasi. Membumikan nilai karakter melalui sistem lingkungan pembelajaran
yaitu melalui tujuan yang ingin dicapai, bahan atau isi atau materi ajar, guru
dan siswa, strategi dan metode pembelajaran, sumber dan media belajar,
pengorganisasian kelas, sarana, dan prasarana, serta penilaian dan tindak
lanjut, yang semuanya itu tentu terarahkan kepada pencapaian pesan-pesan
kurikulum.
Dalam hal tujuan yang ingin dicapai, guru menyusun
tujuan yang dicapai dengan mengintegrasikan nilai karakter dan mengembangkan
tujuan pembelajaran yang bersifat afektif. Dalam hal bahan atau isi atau materi
ajar, guru perlu menggali bahan yang memperkuat nilai-nilai karakter dan
meminimalisir pengaruh karakter yang buruk. Dalam hal guru dan siswa, guru
perlu menjadi teladan bagi siswa dengan selalu berbuat baik. Dalam hal strategi
dan metode pembelajaran, guru perlu memilih strategi yang cocok dengan materi
ajar yang memungkinkan siswa terangsang untuk belajar dan mengembangkan
keterampilan serta karakter baiknya. Dalam hal sumber dan media, guru perlu
memilih dan mimilah sumber dan media mana yang telah mengintegrasikan nilai
karakter dan sesuai dengan perkembangan siswa. Dalam hal pengorganisasian
kelas, guru perlu melakukan variasi gaya belajar dan pembelajaran. Dalam hal
sarana dan prasarana, guru perlu melakukan penataan dan pemanfaatan tata ruang
yang baik yang merangsang siswa belajar. Dan dalam hal evaluasi, guru perlu
melakukan evaluasi baik kriteria maupun norma sesuai tujuan yang telah dibuat.
Pengintegrasian nilai karakternya berada pada isi (content) dan implementasi belajarnya.
Kedua, dalam sistem sekolah, yaitu dengan jalan pengintegrasian
nilai-nilai karakter dalam pola kulturasi nilai moral. Membumikan nilai moral
melalui kulturasi (pembiasaan) yaitu melalui budaya sekolah, yang mengarah pada
pencapaian pesan undang-undang sistem pendidikan nasional. Pengembangan yang
dapat dilakukan antara lain dengan menyediakan berbagai fasilitas fisik dan
psikis yang menunjang nilai karakter, misalnya adanya mushola untuk nilai
religius, kantin kejujuran untuk nilai jujur, dan hutan buatan untuk nilai
karakter peduli lingkungan. Budaya sekolah disini juga termasuk dalam hal
pengelolaan berbagai standar pendidikan.
Pembelajaran nilai karakter dan kulturasi nilai moral seperti
di atas tidak akan terwujud secara maksimal jika tidak ada kesinkronan antar
lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan atau yang disebut “tripusat
pendidikan” yang terdiri dari keluarga, sekolah, dan masyarakat yang perlu
saling menjembatani. Jika sekolah telah membumikan pola pembelajaran nilai
karakter dan kulturasi nilai moral, namun di lingkungan keluarga dan masyarakat
tidak menciptakan iklim berkarakter dan bermoral, maka mustahil cita-cita
manusia yang cerdas, terampil, dan berkarakter baik akan terwujud. Maukah kita
peduli pada pendidikan anak-anak kita untuk membuat Indonesia bangkit? Sungguh
ini jalan yang tak mudah! Tapi inilah saatnya mengembalikan marwah pendidikan
ke arah budi pekerti.
Artikel opini saya ini dimuat dalam harian Malang Post pada tanggal 25 Mei 2016 (http://malang-post.com/netizen/opini/pola-pembelajaran-dan-kulturasi-nilai-karakter-di-sd)